Buat
temen-temen yang kurang suka dengan manajemen operasional, kayaknya harus
mikir-mikir ulang lagi deh...soalnya buat anak manajemen ternyata penting
banget dalam mempelajari 1 mata kuliah ini,,,dulu aku awalnya berfikir klo aku
ga suka tapi aku ikuti aja dan berusaha semaksimal mungkin,,,ternyata setelah
aku tempuh mata kuliah ini, aku merasa mata kuliah ini penting banget dan
berefek ke mata kuliah-mata kuliah selanjutnya...so, berusahalah mencintai
apapun yang ga kamu sukai dan kamu akan menuai hasilnya...
salah
satu materi yang paling aku inget dalam manajemen operasional adalah JIT dan
SCM, ternyata materi ini memang penting terutama saat diterapkan dalam sebuah
perusahaan..buat temen-temen yang belum tau apa itu JIT dan SCM, ini
pembahasannya..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan
manufaktur mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu
sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar
untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak
perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan
teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang khususnya
komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In
Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga
kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan
(inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya
ditentukan oleh faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya
manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika
suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat
melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu
untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk
aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan
dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep
JIT.
Selain itu pada
saat ini supply chain management menjadi sorotan dalam dunia industri. Problem
pemilihan supplier merupakan salah satu isu penting, karena pemilihan supplier
menjadi bagian dari sebuah supply chain maka hubungan tersebut akan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kelangsungan produksi diantaranya industri
percetakan. Karena itulah pemilihan supplier menjadi fase yang paling penting
pada proses pembelian percetakan.
Keputusan
memilih supplier bukanlah sebuah hal yang mudah, pada kenyataannya ada banyak
hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih supplier yang berkualitas. Dahulu,
pembelian barang cenderung dilakukan hanya untuk mendapatkan harga serendah
mungkin, yaitu dengan menggunakan banyak supplier dengan perjanjian jangka
pendek. Seiring dengan berkembangnya sistem produksi, misalnya dengan adanya
just in time (JIT), kecenderungan tersebut sekarang berubah dengan memberikan
penekanan lebih pada beberapa kriteria, daripada hanya menggunakan atribut
harga. Ada banyak kriteria yang muncul dalam masalah pemilihan supplier, namun
dari sekian banyak kriteria, ternyata harga yang ditawarkan oleh supplier,
kualitas supplier, dan waktu pengiriman selalu muncul dalam masalah ini.
Selain itu,
resiko dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi pemilihan supplier. Resiko
disini dapat berupa resiko penolakan barang pesanan, maupun resiko
keterlambatan pengiriman barang. Sementara harga yang ditawarkan oleh tiaptiap
supplier juga sering kali berubah-ubah secara fluktuatif akibat dari kebijakan
supplier sendiri maupun dari perubahan harga bahan baku di pasar global.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa kunci utama dari JIT dan sebutkan jenis pemborosan ?
2.
Sebutkan persyaratan dari JIT dan bagaiman strategi penerapannya ?
3.
Sistem apakah yang diterapkan dalam JIT ?
4.
Bagaimana karakteristik perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT ?
5.
Apa keuntungan dan kelemahan dari sistem JIT ?
6.
Bagaiman kegiatan dan struktur dari SCM ?
7.
Siapakah pemeran utama dalam SCM ?
8.
Jelaskan permasalahan, hambatan dan manfaat dari SCM
?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui kunci utama dan jenis pemborosan dalam JIT.
2.
Untuk mengetahui persyaratan dan strategi penerapan JIT.
3.
Untuk mengetahui sistem yang diterapkan dalam JIT.
4.
Untuk mengetahui karakteristik perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT.
5.
Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan dari sistem JIT.
6.
Untuk mengetahui kegiatan dan struktur SCM.
7.
Untuk mengetahui pemeran utama dalam SCM.
8.
Untuk mengetahui permasalahan, hambatan dan manfaat
dari SCM.
1.4
Manfaat Penulisan
1.
Memahami kunci utama dan jenis pemborosan dalam JIT.
2.
Memahami persyaratan dan strategi penerapan JIT.
3.
Memahami sistem yang diterapkan dalam JIT.
4.
Memahami karakteristik perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT.
5.
Memahami keuntungan dan kelemahan dari sistem JIT.
6.
Memahami kegiatan dan struktur SCM.
7.
Memahami pemeran utama dalam SCM.
8.
Memahami permasalahan, hambatan dan manfaat dari SCM.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Definisi JIT dan SCM
Definisi JIT
Just In Time
(JIT) atau Konsep Tepat Waktu merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya
untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan,
pada tempat dan waktu yang tepat. Just in Time (JIT) berarti bahwa dalam suatu
rangkaian proses produksi suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada
ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang
diperlukan. Perusahaan yang menerapkan sistem ini pada seluruh lini produksi
dapat mendekati persediaan nol.
Definisi SCM
SCM (Supply
Chain Management) atau Manajemen Rantai Pasok adalah manajemen dari sebuah
jaringan bisnis yang saling terhubung untuk menjadikan suatu produk yang
lengkap dan melengkapinya dengan layanan – layanan yang dibutuhkan oleh end
customer (Harland, 1996).
2.2
Konsep Dasar JIT dan SCM
Konsep Dasar
JIT
Terdapat empat
konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
1.
Produksi Just
In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2.
Autonomasi
merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan
unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3.
Tenaga kerja
fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan
fluktuasi permintaan.
4.
Berpikir
kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Untuk
mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut :
a.
Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
b.
Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan permintaan.
c.
Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
d. Tata
letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
e.
Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran untuk
meningkatkan skills tenaga kerja.
f.
Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh
bagian perusahaan
Konsep Dasar
SCM
Selama dua dasawarsa terakhir ada dua konsep
yang banyak digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pergerakan barang dalam manajemen rantai pasok, antara lain adalah :
1. Mengurangi
jumlah supplier
2. Mengembangkan
supplier partnership atau strategic alliance
2.3
Tujuan JIT dan SCM
Tujuan JIT
Tujuan dari
sistem produksi Just in Time adalah mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan
produktivitas total industri secara keseluruhan dengan cara menghilangkan
pemborosan (waste) secara terus menerus. Menurut Monden tujuan Just In Time
adalah sebagai berikut :
1.
Laba Lewat Pengurangan Biaya.
Sistem produksi
Toyota adalah suatu metode ampuh untuk membuat produk karena sistem ini
merupakan alat efektif untuk menghasilkan tujuan akhir laba. Untuk mencapai
tujuan sistem produksi Toyota ini, maka dilakukan pengurangan biaya atau perbaikan
produktivitas.
2.
Menghilangkan Produksi Berlebihan.
Pertimbangan
utama bagi sistem produksi Toyota adalah pengurangan biaya dengan cara
menghapuskan pemborosan.
3.
Pengendalian Jumlah, Jaminan Mutu, Menghormati Kemanusiaan.
Pengurangan biaya
merupakan tujuan yang terpenting dari sistem ini, pertama-tama harus dipenuhi
tiga sub tujuan lain yaitu :
§ Pengendalian
jumlah, yang memungkinkan sistem ini menyesuaikan diri dengan fluktuasi harian
dan bulanan dalam permintaan baik jumlah maupun variansinya.
§ Jaminan
mutu yang memastikan bahwa tiap proses hanya akan memasok unit yang baik kepada
proses berikutnya.
§ Menghormati
kemanusiaan yang harus dibudayakan karena sistem menggunakan sumber daya
manusia untuk mencapai sasaran biaya.
Tujuan SCM
Tujuan utama
dari Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasok ada 5 antara lain
adalah :
1.
Penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen
2.
Mengurangi biaya
3.
Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu
perusahaan)
4.
Mengurangi waktu
5.
Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi
2.4
Komponen dalam JIT dan SCM
Komponen dalam
JIT
1.
Pengurangan waktu set up
·
Pemilihan kegiatan set up
·
Langkah mengurangi waktu set up
2.
Aliran produksi lancar (layout)
a.
Pemborosan yang berkaitan dengan proses layout, pada proses layou ini ditemukan
berbagai pemborosan antara lain :
·
Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
·
Pemborosan transportasi dan material handling
·
Akumulasi persediaan dalam proses
·
Penanganan material berganda bahkan beberapa kali
·
Lead time produksi yang sangat panjang
·
Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi
·
Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan
·
Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi
b.
Menuju ke produk layout
c.
Aliran produksi
·
Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan
tinggi, dan prioritas kerja sulit ditentukan.
·
Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan
terakumulasi sebagai persediaan, dan pengaturan kerja akan sulit
dilakukan.
·
Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya
akan berhenti dan persediaan akan menumpuk.
·
Absensi. Jika seorang operator ada yang berhalangan
kerja dan penggantinya sulit ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.
·
Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan
menumpuk, sementara proses berikutnya akan tertunda.
·
Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan
barang dalam proses.
3.
Produksi tanpa kerusakan mesin
4.
Produksi tanpa cacat
5.
Peranan operator
6.
Hubungan yang harmonis dengan pemasok
7.
Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
8.
Perbaikan terus-menerus
9.
Ukuran lot kecil dengan lead time yang lebih singkat
10.
Pengurangan inventori
11.
Berproses secara sistem tarik
12.
Fleksibel dan serba bisa
13.
Efisiensi tinggi dari operator
14.
Pengoperasian berjalan seimbang
Komponen dalam
SCM
Dalam SCM
terdapat tiga komponen utama yang mendukung berjalannya suatu proses bisnis
sebagai berikut :
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream
supply chain merupakan keseluruhan kegiatan perusahaan manufaktur dengan
pendistribusiannya (manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan
hubungan antara manufaktur, assembler, atau kedua-duanya dengan
distributor (second-trier). Hubungan para distributor dapat diperluas
menjadi kepada beberapa tingkatan, semua jalur dari asal bahan baku/material.
Kegiatan utama dalam upstream supply chain adalah pengadaan barang.
2. Internal Supply Chain Management
Bagian internal
supply chain management merupakan keseluruhan proses pengiriman barang ke
gudang penyimpanan yang kemudian akan digunakan untuk transformasi proses
bisnis masukan bahan baku dari para distributor ke dalam hasil keluaran
perusahaan tersebut. Kegiatan utama dalam internal supply chain management adalah
manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3.
Downstream Supply Chain Segment
Bagian downstream
supply chain segment merupakan keseluruhan kegiatan yang melibatkan
pengiriman produk kepada konsumen akhir. Kegiatan utama dalam downstream
supply chain segment adalah distribusi, pergudangan, transportasi, dan
layanan purna jual.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kunci Utama dan Jenis Pemborosan
dalam JIT
Kunci Utama
dalam Just In Time adalah :
1.
Menghasilakn produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
2.
Memproduksi dengan jumlah kecil
3.
Menghilangkan pemborosan
4.
Memperbaiki aliran produksi
5.
Menyempurnakan kualitas produk
6.
Orang-orang yang tanggap
7.
Menghilangkan ketidakpastian
8.
Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.
JIT ditujukan
untuk menghilangkan segala bentuk pemborosan, menurut Kiyosi Suzuki dari
Jepang, jenis pemborosan itu antara lain :
1.
Pemborosan dari kelebihan produksi (over production)
2.
Pemborosan dari waktu menunggu (waiting time)
3.
Pemborosan dalam transportasi dan penanganan bahan (transportation and material
handling)
4.
Pemborosan dalam proses (processing)
5.
Pemborosan dari persediaan (inventory)
6.
Pemborosan gerakan (motion)
7.
Pemborosan dari memproduksi cacat (producing defects)
3.2
Persyaratan dan Strategi Penerapan JIT
Terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada penerapan Just In Time, antara
lain :
1.
Organisasi Pabrik : Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur
layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk
tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
2.
Pelatihan/Tim/keterampilan : JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan
mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari system tradisional
dan bagaimana cara kerja JIT yaitu
a.
Membentuk Aliran/Penyederhanaan : Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat
di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan
aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
b.
Kanbal Pull System : Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian
perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan.
c.
Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.
d. Proses
berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan.
e.
Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.
f.
Meratakan beban produksi.
g.
Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.
h.
Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3.
Visibiltas/ pengendalian visual : Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang
merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional
sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang
dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
4.
Eliminasi Kemacetan : Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun
dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim
fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan,
manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.
5.
Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup : Ukuran lot yang ideal
bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini
sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau
komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6.
Total Productive Maintance : TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem
JIT. Mesi-mesin dibersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan
oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.
7.
Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan
Berkesinambungan. Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus
ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu
harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt
tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi
mesin harus bekerja dengan prima.
Startegi
Penerapan JIT
Ada beberapa
strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:
Startegi
Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama
yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan.
Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIT tidak dapat terlaksana. Mengubah
system, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak
jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali
untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau
proses produksi perubahan kita.
Startegi
penerapan Just in Time dalam system produksi. Penemuan system produksi yang
tepa, yaitu dengan system tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan dengan menghilangkan sebanyakmungkin pemborosan. Penemuan lini
produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang,
sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi.
Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan,
persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hany sekedar metode pengedalian
persediaan, tetapi juga merupakan system produksi system produksi yang saling
berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.
3.3
Sistem yang Diterapkan dalam JIT
Sistem Tarik
dan Dorong
Di berbagai negara
di seluruh dunia banyak orang yang mempelajari sistem produksi yang selalu dan
akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam industri manufaktur. Ciri
sistem produksi adalah suatu rangkaian dari banyak langkah dan proses yang
melibatkan seluruh sumber daya yang ada dengan menggunakan Sistem Dorong (Push
System) dan Sistem Tarik (Pull System).
Dalam Sistem
Dorong, yang merupakan sistem yang umum digunakan oleh industri manufaktur,
perpindahan material dan pembuatan produk dilakukan dengan cara mendorong
material dari satu proses ke proses berikutnya dengan dimulai dari proses
paling awal menuju ke proses paling akhir. Sekali beroperasi, maka pekerjaan
akan mengalir terus dari satu proses ke proses berikutnya tanpa
mempertimbangkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada proses paling akhir.
Aktivitas ini akan berlangsung terus menerus meskipun proses-proses sesudah
(subsequent process) tidak mengkonsumsi jumlah material pada tingkat yang sama
dengan material yang didorong dari proses sebelum (preceding process).
Sistem Tarik
adalah suatu sistem pengendalian produksi dimana proses paling akhir dijadikan
sebagai titik awal produksi. Dengan demikian rencana produksi yang dikehendaki,
dengan jumlah dan tanggal yang telah ditentukan, diberikan kepada proses paling
akhir. Dalam Sistem Tarik, proses sesudah akan meminta atau menarik material
dari proses sebelum dengan berdasarkan pada kebutuhan aktual dari proses
sesudah. Dalam hal ini proses sebelum tidak boleh memproduksi dan mendorong
atau memberikan komponen kepada proses sesudah sebelum ada permintaan dari
proses sesudah. Dengan cara ini rencana proses produksi akan berjalan dari
departemen produksi akhir ke departemen produksi paling awal. Dalam Sistem
Tarik jumlah persediaan diusahakan sekecil mungkin dan biasanya disimpan dalam
lot yang berukuran standar dengan membatasi jumlah dari lot tersebut.
Perbedaan
antara Sistem Dorong dan Sistem Tarik dalam hal aliran material dan penyusunan
jadwal produksi yang diketahui bahwa Sistem Dorong merupakan proses beraliran
tunggal (single flow process), dimana aliran jadwal yang disusun dan aliran
material dalam proses berada pada arah yang sama. Sedangkan Sistem Tarik
merupakan proses beraliran ganda (double flow process), dimana aliran material
berada pada arah yang berbeda dengan aliran jadwal yang disusun. Dalam hal ini,
sistem Kanban digunakan untuk mengkomunikasikan jadwal yang disusun tersebut
dari satu workcenter ke workcenter yang lain.
Perbedaan yang
lebih spesifik antara Sistem Dorong dan Sistem Tarik adalah dimana Sistem
Dorong mengendalikan hasil produksi (output) dengan mengendalikan pekerjaan
yang dilakukan berdasarkan “pesanan yang diperkirakan”, kemudian mengukur
tingkat persediaan work in process (WIP). Sedangkan Sistem Tarik mengendalikan
WIP dengan cara mengendalikan lantai produksi baru kemudian mengukur tingkat
persediaan WIP.
Sistem Kanban
Sistem Kanban
tidak sama dengan SPT, walaupun banyak orang menyebutkan SPT sebagai sistem
Kanban. Di Toyota sistem Kanban dianggap hanya sebagai suatu sub sistem dari
seluruh SPT. SPT adalah suatu cara untuk memperoduksi produk, sedangkan sistem
Kanban merupakan cara untuk memanajemen metode produksi JIT. Kanban adalah
suatu alat yang digunakan untuk merealisasikan sistem produksi JIT.
Sistem Kanban
adalah suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan “produksi
produk yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan”
dalam tiap proses manufakturing dan juga diantara perusahaan. Bentuk yang
paling sering digunakan adalah selembar kertas yang terdapat di dalam suatu
amplop vinil segi empat. Kanban membawa informasi secara vertikal dan
horizontal didalam pabrik Toyota sendiri maupun antara Toyota dengan perusahaan
mitra.
Lembaran kertas
kanban itu membawa informasi yang terdiri atas 3 kategori, antara lain :
1.
Informasi Pengambilan
2.
Informasi Pemindahan
3.
Informasi Produksi
Menurut Taiichi
Ohno, “Kanban adalah suatu alat untuk mengendalikan produksi”, yang digunakan
dalam mengendalikan aliran - aliran material melalui sistem produksi JIT dengan
menggunakan kartu - kartu untuk memerintahkan suatu workcenter memindahkan dan
menghasilkan material atau komponen tertentu.
Kanban
merupakan alat untuk menjalankan suatu mekanisme yang memberikan sinyal-sinyal
tertentu oleh workcenter yang membutuhkan komponen - komponen tertentu dari
workcenter sebelumnya. Sinyal tersebut memberikan informasi kepada workcenter
sebelumnya, sehingga jumlah komponen - komponen yang dibutuhkan workcenter
berikutnya dapat langsung diberikan. Selanjutnya jumlah komponen yang telah
diambil oleh workcenter tersebut dapat dihasilkan atau diproduksi kembali oleh
workcenter sebelumnya.
Gagasan
pemikiran Kanban muncul dari mekanisme kerja di pasar swalayan. Barang-barang
yang dibeli oleh pelanggan diperiksa dan dicatat oleh kasir. Informasi mengenai
jenis dan jumlah barang yang dibeli kemudian disampaikan ke departemen
pembelian. Dengan informasi ini, barang – barang yang telah dibeli tadi dengan cepat
diganti oleh departemen pembelian sesuai dengan jenis dan jumlahnya.
3.4
Karakteristik Perusahaan yang Telah Menerapkan Konsep JIT
Beberapa
karakteristik utama dapat ditemukan pada perusahaan yang telah menerapkan
konsep JIT adalah sebagai berikut :
1.
Mutu yang lebih tinggi, mereka lebih cenderung menghasilkan barang yang mutunya
tinggi walaupun dengan biaya produksi yang sedikit lebih mahal dari pada
menghasilkan barang dengan biaya produksi murah tetapi mutunya rendah.
2.
Rendahnya tingkat persediaan barang, ditekannya tingkat persediaan berperan
meminimumkan penanganan persediaan.
3.
Otomatiisasi beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui otomatisasi
antara lain dalam hal mutu, fleksibilats, peningkatan kapasitas, mengurangitingkat
persediaan, kepercayaan dari pelanggan, memperbaiki posisi dalam persaingan,
penjualan yang meningkat dan dapat menghasilkan penghematan biaya yang besar.
4. Perubahan
struktur organisasi yang mengarah ke produk
5. Penggunaan
teknologi informasi secara efektif, informasi yang cepat dan tepat sangat
dibuthkan oleh perusahaan yang menerapkan konsep JIT untuk dapat mendeteksi
perubahan dari jadual rutin sehingga tidak menggangu pekerjaan atau proses yang
lain.
3.5
Keuntungan dan kelemahan sistem JIT
Keuntungan JIT
1.
seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
2.
Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
staffnya.
3.
Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
4.
kertas kerja dapat lebih simple
5.
Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang
lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan JIT
Satu kelemahan
sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis.
Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka
inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
3.6
Kegiatan dan Struktur SCM
Kegiatan SCM
ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur
pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang
jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus
dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan
mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat
menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan
permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik
harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner SCM menuju ke pembuatan konsep
SCM. Tujuan dari SCM ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi diantara
rekanan SCM, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan
percepatan inventori.
Secara garis
besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan
perencaan kapasitas, dan pengembangan SCM. Beberapa model telah diajukan untuk
memahami kegiatan yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di
organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model SCM yang dipromosikan oleh
Majelis SCM. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain
Forum (GSCF). Kegiatan SCM bisa dikelompokan menjadi 3 yaitu :
Strategis
·
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang,
pusat distribusi dan fasilitas.
·
Rekanan strategis dengan penyedia barang/jasa suplai, distributor, dan
konsumen, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan
operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang
ketiga.
·
Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa
diintregasikan secara optimal ke SCM,manajemen muatan.
·
Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli.
·
Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi
pasokan/suplai.
Taktis
·
Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya.
·
Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas
dari inventori.
·
Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan
definisi proses perencanaan.
·
Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakkan.
·
Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor
dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan.
·
Gaji berdasarkan pencapaian.
Operasional
·
Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di SCM.
·
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di SCM (menit ke menit).
·
Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari
semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua penyedia barang/jasa.
·
Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi
permintaan, dalam kolaborasi dengan semua penyedia barang/jasa.
·
Operasi inbound, termasuk transportasi dari penyedia barang/jasa dan
inventaris yang diterima.
·
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished
goods).
·
Operasi outbound, termasuk semua kegiatan pemenuhan dan transportasi ke
konsumen.
·
Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan SCM,
termasuk semua penyedia barang/jasa, fasilitas manufaktur, pusat distribusi,
dan konsumen lain.
Struktur
SCM yang Sederhana
Dalam supply
chain ada 3 aliran yang terlibat antara lain :
1.
Aliran material.
Dilihat mulai
dari penyedia bahan baku: aliran bahan mentah, produk setengah jadi, produk
akhir. Arah sebaliknya : pengembalian pruduk gagal, daur ulang, perbaikan.
2.
Aliran informasi.
Dilihat mulai
dari penyedia bahan baku.
kapasitas
produksi pabrik, penjadwalan pengiriman, promosi yang sudah dilakukan. Arah sebaliknya
: laporan penjualan, persediaan, perkembangan promosi.
3.
Aliran uang.
Dilihat mulai
dari penyedia bahan baku: piutang, biaya pengiriman, pembelian, pendapatan.
Arah sebaliknya : pembayaran.
3.7
Pemeran Utama dalam Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain
menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai dari supplier sampai
pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut pemain dalam konteks
ini dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini
merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam supply chain :
1.
Supplier (chain
1)
Rantai pada
supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama
disini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang
atau barang dagang.
2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
Rantai pertama
tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat
mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua
mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya,
penghematan inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier
partnering.
3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3)
Dalam tahap ini
barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya
menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar
dalam jumlah besar.
4.
Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
Dari pedagang
besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada
beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer,
namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola
seperti di atas.
5.
Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).
Customer
merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chaindalam konteks ini
sebagai end-user.
3.8
Permasalahan, Hambatan dan Manfaat SCM
Permasalahan
dalam SCM
Permasalahan
yang biasa terjadi pada Supply Chain Management (SCM) antara lain adalah :
1.
Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas
produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
2.
Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung,
berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
3.
Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi
informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan
transportasi dsb.
4.
Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang
mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5.
Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana
melewati entitas didalam rantai suplai.
Hambatan dalam
SCM
SCM merupakan
sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam
implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan
mulai tahap perancangan sampai tahap evaluasi dan continuous improvement.
Selain itu implementasi SCM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari
internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini
seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan
dialami dalam implementasi SCM yang semakin menguatkan argument bahwa
implementasi SCM memang membutuhkan dukungan berbagai pihak (Chopra &
Meindl 2001):
1.
Incerasing Variety of Products. Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh
produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di
pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada customer
(customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan
pembagian segment pada customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi
dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut
keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak
menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam
memuaskan keinginan dari konsumen.
2.
Decreasing Product Life Cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat
perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena
untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang
tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut
dipasaran.
3.
Increasingly Demand Customer. Supply chain management berusaha mengatur
(manage) peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin
menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat
mendadak dan bukan produk yang standart (customize).
4.
Fragmentation of Supply Chain Ownership. Hal ini menggambarkan supply chain itu
melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal
ini mebuat Supply chain mangement semakin rumit dan kompleks.
5.
Globalization. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks
karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup
pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok
dunia.
Manfaat SCM
Adapun manfaat
yang didapat jika kita mengoptimalkan Supply chain Management antara
lain :
1. Mengurangi inventory barang.
Inventory merupakan bagian paling
besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%. Oleh karena itu usaha
dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang di gudang agar
biaya dapat diminimalkan.
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang.
kelancaran barang yang perlu dijamin
adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan
sendiri, whosaler, retailer, sampai kepada konsumen akhir.
3. Menjamin mutu.
Mutu barang jadi ditentukan tidak
hanya oleh proses produksinya, tetapi ditentukan oleh mutu bahan mentahnya dan
mutu dalam kualitas pengirimannya.
4. Mengurangi jumlah supplier
Bertujuan untuk
mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan
(tracking).
5. Mengembangkan supplier partnership atau strategic
alliance
Dengan
mengadakan kerjasama dengan supplier (supplier partnership) dan
juga mengembangkan strategic alliance dapat menjamin lancarnya
pergerakan barang dalam supply chain.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Just In Time
(JIT) atau Konsep Tepat Waktu merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya
untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan,
pada tempat dan waktu yang tepat. Just in Time (JIT) berarti bahwa dalam suatu
rangkaian proses produksi suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada
ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang
diperlukan. Perusahaan yang menerapkan sistem ini pada seluruh lini produksi
dapat mendekati persediaan nol.
SCM (Supply
Chain Management) atau Manajemen Rantai Pasok adalah manajemen dari sebuah
jaringan bisnis yang saling terhubung untuk menjadikan suatu produk yang
lengkap dan melengkapinya dengan layanan – layanan yang dibutuhkan oleh end
customer (Harland, 1996).
Sistem Just In
Time memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan antara lain adalah :
Keuntungan
1. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat
berjalan lebih efisien
2. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk
memperkerjakan para staffnya.
3. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan
atau diretur kembali.
4. Kertas kerja dapat lebih simple.
5. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan
untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi
tambahan.
Kelemahan JIT
Satu kelemahan
sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis.
Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka
inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Selain itu
Supply Chain Management juga memiliki permasalahan dan manfaat antara lain
adalah :
Permasalahan
dalam SCM
Permasalahan
yang biasa terjadi pada Supply Chain Management (SCM) antara lain adalah :
Permasalahan
1.
Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas
produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
2.
Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung,
berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
3.
Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi
informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan
transportasi dsb.
4.
Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang
mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5.
Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana
melewati entitas didalam rantai suplai.
Manfaat
1. Mengurangi inventory barang.
Inventory merupakan bagian paling
besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%. Oleh karena itu usaha
dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang di gudang agar
biaya dapat diminimalkan.
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang.
Kelancaran barang yang perlu dijamin
adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan
sendiri, whosaler, retailer, sampai kepada konsumen akhir.
3. Menjamin mutu.
Mutu barang jadi ditentukan tidak
hanya oleh proses produksinya, tetapi ditentukan oleh mutu bahan mentahnya dan
mutu dalam kualitas pengirimannya.
4. Mengurangi jumlah supplier
Bertujuan untuk
mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan
(tracking).
5. Mengembangkan supplier partnership atau strategic
alliance
Dengan mengadakan kerjasama dengan
supplier (supplier partnership) dan juga mengembangkan strategic
alliance dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply
chain.
4.2
Saran
1.
Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sebaiknya mulai menerapkan sistem JIT
dan diimplementasikan dengan baik sehingga dapat memaksimalkan labanya dan
mengurangi pemborosan-pemborosan yang ada.
2.
Selain itu juga perusahaan-perusahaan dapat menerapkan SCM karena SCM memiliki
banyak manfaat yang dapat menguntungkan perusahaan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.
SCM. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai
Aisonhaji.
2009. Supply Chain Management untuk sektor publik Anonim.
http://aisonhaji.wordpress.com/2009/02/25/supply-chain-management-untuksektor-
publik/
Sulistyo, Budi.
2009. SCM Produk Pertanian Berbasis IT. Bandung: Program Studi
Teknik Industri
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
Turban,
Leidner, McLean, Wetherbe. 2006. Information Technology For Management
6th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
kurniawati,
henny. 2008. Supply Chain Management.
http://hannykurniawati.blogspot.com/2012/11/26/supply-chain-management/
http://www.gs1.or.id
www2.bc.edu/~fichman/703_07s_05_SCM.pdf
http://is.its-sby.edu/~wahyu/download/sosiotek/Introduction%20to%20SCM.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Supply_chain_management
http://baihaqi.wordpress.com/2006/12/16/supply-chain-supply-chain-management/
http://www.ebizzasia.com/0214-2004/learn,0214,01.htm
http://baihaqi.wordpress.com/2006/12/16/supply-chain-supply-chain-management/
http://www.ebizzasia.com/0214-2004/learn,0214,01.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar