Sabtu, 28 September 2013

Manajemen Pemasaran - Pengaruh Discount terhadap Impulse Buying di Ramayana Department Store Gresik


Buat temen-temen yang kurang suka dengan manajemen operasional, kayaknya harus mikir-mikir ulang lagi deh...soalnya buat anak manajemen ternyata penting banget dalam mempelajari 1 mata kuliah ini,,,dulu aku awalnya berfikir klo aku ga suka tapi aku ikuti aja dan berusaha semaksimal mungkin,,,ternyata setelah aku tempuh mata kuliah ini, aku merasa mata kuliah ini penting banget dan berefek ke mata kuliah-mata kuliah selanjutnya...so, berusahalah mencintai apapun yang ga kamu sukai dan kamu akan menuai hasilnya...

salah satu materi yang paling aku inget dalam manajemen operasional adalah JIT dan SCM, ternyata materi ini memang penting terutama saat diterapkan dalam sebuah perusahaan..buat temen-temen yang belum tau apa itu JIT dan SCM, ini pembahasannya..

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh faktor-faktor  yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.
Selain itu pada saat ini supply chain management menjadi sorotan dalam dunia industri. Problem pemilihan supplier merupakan salah satu isu penting, karena pemilihan supplier menjadi bagian dari sebuah supply chain maka hubungan tersebut akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kelangsungan produksi diantaranya industri percetakan. Karena itulah pemilihan supplier menjadi fase yang paling penting pada proses pembelian percetakan.
Keputusan memilih supplier bukanlah sebuah hal yang mudah, pada kenyataannya ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih supplier yang berkualitas. Dahulu, pembelian barang cenderung dilakukan hanya untuk mendapatkan harga serendah mungkin, yaitu dengan menggunakan banyak supplier dengan perjanjian jangka pendek. Seiring dengan berkembangnya sistem produksi, misalnya dengan adanya just in time (JIT), kecenderungan tersebut sekarang berubah dengan memberikan penekanan lebih pada beberapa kriteria, daripada hanya menggunakan atribut harga. Ada banyak kriteria yang muncul dalam masalah pemilihan supplier, namun dari sekian banyak kriteria, ternyata harga yang ditawarkan oleh supplier, kualitas supplier, dan waktu pengiriman selalu muncul dalam masalah ini.
Selain itu, resiko dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi pemilihan supplier. Resiko disini dapat berupa resiko penolakan barang pesanan, maupun resiko keterlambatan pengiriman barang. Sementara harga yang ditawarkan oleh tiaptiap supplier juga sering kali berubah-ubah secara fluktuatif akibat dari kebijakan supplier sendiri maupun dari perubahan harga bahan baku di pasar global.

1.2   Rumusan Masalah
1.    Apa kunci utama dari JIT dan sebutkan jenis pemborosan ?
2.    Sebutkan persyaratan dari JIT dan bagaiman strategi penerapannya ?
3.    Sistem apakah yang diterapkan dalam JIT ?
4.    Bagaimana karakteristik perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT ?
5.    Apa keuntungan dan kelemahan dari sistem JIT ?
6.    Bagaiman kegiatan dan struktur dari SCM ?
7.    Siapakah pemeran utama dalam SCM ?
8.    Jelaskan permasalahan, hambatan dan manfaat dari SCM ?

1.3    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui kunci utama dan jenis pemborosan dalam JIT.
2.    Untuk mengetahui persyaratan dan strategi penerapan JIT.
3.    Untuk mengetahui sistem yang diterapkan dalam JIT.
4.    Untuk mengetahui karakteristik perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT.
5.    Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan dari sistem JIT.
6.    Untuk mengetahui kegiatan dan struktur SCM.
7.    Untuk mengetahui pemeran utama dalam SCM.
8.    Untuk mengetahui permasalahan, hambatan dan manfaat dari SCM.
1.4    Manfaat Penulisan
1.    Memahami kunci utama dan jenis pemborosan dalam JIT.
2.    Memahami persyaratan dan strategi penerapan JIT.
3.    Memahami sistem yang diterapkan dalam JIT.
4.    Memahami karakteristik perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT.
5.    Memahami keuntungan dan kelemahan dari sistem JIT.
6.    Memahami kegiatan dan struktur SCM.
7.    Memahami pemeran utama dalam SCM.
8.    Memahami permasalahan, hambatan dan manfaat dari SCM.

 BAB II
KAJIAN TEORI

2.1    Definisi JIT dan SCM
Definisi JIT
Just In Time (JIT) atau Konsep Tepat Waktu merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada tempat dan waktu yang tepat. Just in Time (JIT) berarti bahwa dalam suatu rangkaian proses produksi suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan. Perusahaan yang menerapkan sistem ini pada seluruh lini produksi dapat mendekati persediaan nol.
Definisi SCM
SCM (Supply Chain Management) atau Manajemen Rantai Pasok adalah manajemen dari sebuah jaringan bisnis yang saling terhubung untuk menjadikan suatu produk yang lengkap dan melengkapinya dengan layanan – layanan yang dibutuhkan oleh end customer (Harland, 1996).

2.2    Konsep Dasar JIT dan SCM
Konsep Dasar JIT
Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
1.    Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2.    Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3.    Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4.    Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
 Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :
a.    Sistem kanban  untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
b.    Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
c.    Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
d.   Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
e.    Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran untuk meningkatkan skills    tenaga kerja.
f.     Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan
Konsep Dasar SCM
Selama dua dasawarsa terakhir ada dua konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan untuk  meningkatkan efisiensi dan efektivitas pergerakan barang dalam manajemen rantai pasok, antara lain adalah :
             1.     Mengurangi jumlah supplier
             2.     Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance

2.3    Tujuan JIT dan SCM
Tujuan JIT
Tujuan dari sistem produksi Just in Time adalah mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan dengan cara menghilangkan pemborosan (waste) secara terus menerus. Menurut Monden tujuan Just In Time adalah sebagai berikut :
1.    Laba Lewat Pengurangan Biaya.
Sistem produksi Toyota adalah suatu metode ampuh untuk membuat produk karena sistem ini merupakan alat efektif untuk menghasilkan tujuan akhir laba. Untuk mencapai tujuan sistem produksi Toyota ini, maka dilakukan pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas.
2.    Menghilangkan Produksi Berlebihan.
Pertimbangan utama bagi sistem produksi Toyota adalah pengurangan biaya dengan cara menghapuskan pemborosan.
3.    Pengendalian Jumlah, Jaminan Mutu, Menghormati Kemanusiaan.
Pengurangan biaya merupakan tujuan yang terpenting dari sistem ini, pertama-tama harus dipenuhi tiga sub tujuan lain yaitu :
§  Pengendalian jumlah, yang memungkinkan sistem ini menyesuaikan diri dengan fluktuasi harian dan bulanan dalam permintaan baik jumlah maupun variansinya.
§  Jaminan mutu yang memastikan bahwa tiap proses hanya akan memasok unit yang baik kepada proses berikutnya.
§  Menghormati kemanusiaan yang harus dibudayakan karena sistem menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran biaya.
Tujuan SCM
Tujuan utama dari Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasok ada 5 antara lain adalah :
1.    Penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen
2.    Mengurangi biaya
3.    Meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu perusahaan)
4.    Mengurangi waktu
5.    Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi

2.4    Komponen dalam JIT dan SCM
Komponen dalam JIT
1.    Pengurangan waktu set up
·      Pemilihan kegiatan set up
·      Langkah mengurangi waktu set up
2.    Aliran produksi lancar (layout)
a.    Pemborosan yang berkaitan dengan proses layout, pada proses layou ini ditemukan berbagai pemborosan antara lain :
·      Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi 
·      Pemborosan transportasi dan material handling 
·      Akumulasi persediaan dalam proses
·      Penanganan material berganda bahkan beberapa kali 
·      Lead time produksi yang sangat panjang 
·      Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi 
·      Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan 
·      Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi 
b.    Menuju ke produk layout
c.    Aliran produksi
·      Proses  layout.  Waktu  simpan  komponen  lama,  tingkat  persediaan tinggi, dan prioritas kerja sulit ditentukan.
·      Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan terakumulasi sebagai persediaan, dan pengaturan kerja akan sulit dilakukan. 
·      Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan menumpuk. 
·      Absensi. Jika  seorang  operator ada yang  berhalangan  kerja dan penggantinya sulit ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.
·      Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persediaan komponen akan menumpuk, sementara proses berikutnya akan tertunda. 
·      Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang dalam proses.
3.    Produksi tanpa kerusakan mesin
4.    Produksi tanpa cacat
5.    Peranan operator
6.    Hubungan yang harmonis dengan pemasok
7.    Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
8.    Perbaikan terus-menerus
9.    Ukuran lot kecil dengan lead time yang lebih singkat
10.     Pengurangan inventori
11.     Berproses secara sistem tarik
12.     Fleksibel dan serba bisa
13.     Efisiensi tinggi dari operator
14.     Pengoperasian berjalan seimbang
Komponen dalam SCM
Dalam SCM terdapat tiga komponen utama yang mendukung berjalannya suatu proses bisnis sebagai berikut :
1.    Upstream Supply Chain
Bagian upstream supply chain merupakan keseluruhan kegiatan perusahaan manufaktur dengan pendistribusiannya (manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan hubungan antara manufaktur, assembler, atau kedua-duanya dengan distributor (second-trier). Hubungan para distributor dapat diperluas menjadi kepada beberapa tingkatan, semua jalur dari asal bahan baku/material. Kegiatan utama dalam upstream supply chain adalah pengadaan barang.
2.    Internal Supply Chain Management
Bagian internal supply chain management merupakan keseluruhan proses pengiriman barang ke gudang penyimpanan yang kemudian akan digunakan untuk transformasi proses bisnis masukan bahan baku dari para distributor ke dalam hasil keluaran perusahaan tersebut. Kegiatan utama dalam internal supply chain management adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3.      Downstream Supply Chain Segment
Bagian downstream supply chain segment merupakan keseluruhan kegiatan yang melibatkan pengiriman produk kepada konsumen akhir. Kegiatan utama dalam downstream supply chain segment adalah distribusi, pergudangan, transportasi, dan layanan purna jual.
   
BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Kunci Utama dan Jenis Pemborosan dalam JIT
Kunci Utama dalam Just In Time adalah :
1.    Menghasilakn produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
2.    Memproduksi dengan jumlah kecil
3.    Menghilangkan pemborosan
4.    Memperbaiki aliran produksi
5.    Menyempurnakan kualitas produk
6.    Orang-orang yang tanggap
7.    Menghilangkan ketidakpastian
8.    Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.
JIT ditujukan untuk menghilangkan segala bentuk pemborosan, menurut Kiyosi Suzuki dari Jepang, jenis pemborosan itu antara lain :
1.    Pemborosan dari kelebihan produksi (over production)
2.    Pemborosan dari waktu menunggu (waiting time)
3.    Pemborosan dalam transportasi dan penanganan bahan (transportation and material handling)
4.    Pemborosan dalam proses (processing)
5.    Pemborosan dari persediaan (inventory)
6.    Pemborosan gerakan (motion)
7.    Pemborosan dari memproduksi cacat (producing defects)

3.2    Persyaratan dan Strategi Penerapan JIT
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada penerapan Just In Time, antara lain :
1.    Organisasi Pabrik  : Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
2.    Pelatihan/Tim/keterampilan : JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari system tradisional dan bagaimana cara kerja JIT  yaitu
a.    Membentuk Aliran/Penyederhanaan : Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
b.    Kanbal Pull System : Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan.
c.    Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.
d.   Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan.
e.    Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.
f.     Meratakan beban produksi.
g.    Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.
h.    Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3.    Visibiltas/ pengendalian visual : Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
4.    Eliminasi Kemacetan : Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.
5.    Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup  : Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6.    Total Productive Maintance  : TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT. Mesi-mesin dibersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.
7.    Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan Berkesinambungan. Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.
Startegi Penerapan JIT
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:
Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIT tidak dapat terlaksana. Mengubah system, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.
Startegi penerapan Just in Time dalam system produksi. Penemuan system produksi yang tepa, yaitu dengan system tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyakmungkin pemborosan. Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hany sekedar metode pengedalian persediaan, tetapi juga merupakan system produksi system produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.

3.3    Sistem yang Diterapkan dalam JIT
Sistem Tarik dan Dorong
Di berbagai negara di seluruh dunia banyak orang yang mempelajari sistem produksi yang selalu dan akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam industri manufaktur. Ciri sistem produksi adalah suatu rangkaian dari banyak langkah dan proses yang melibatkan seluruh sumber daya yang ada dengan menggunakan Sistem Dorong (Push System) dan Sistem Tarik (Pull System).
Dalam Sistem Dorong, yang merupakan sistem yang umum digunakan oleh industri manufaktur, perpindahan material dan pembuatan produk dilakukan dengan cara mendorong material dari satu proses ke proses berikutnya dengan dimulai dari proses paling awal menuju ke proses paling akhir. Sekali beroperasi, maka pekerjaan akan mengalir terus dari satu proses ke proses berikutnya tanpa mempertimbangkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada proses paling akhir. Aktivitas ini akan berlangsung terus menerus meskipun proses-proses sesudah (subsequent process) tidak mengkonsumsi jumlah material pada tingkat yang sama dengan material yang didorong dari proses sebelum (preceding process).
Sistem Tarik adalah suatu sistem pengendalian produksi dimana proses paling akhir dijadikan sebagai titik awal produksi. Dengan demikian rencana produksi yang dikehendaki, dengan jumlah dan tanggal yang telah ditentukan, diberikan kepada proses paling akhir. Dalam Sistem Tarik, proses sesudah akan meminta atau menarik material dari proses sebelum dengan berdasarkan pada kebutuhan aktual dari proses sesudah. Dalam hal ini proses sebelum tidak boleh memproduksi dan mendorong atau memberikan komponen kepada proses sesudah sebelum ada permintaan dari proses sesudah. Dengan cara ini rencana proses produksi akan berjalan dari departemen produksi akhir ke departemen produksi paling awal. Dalam Sistem Tarik jumlah persediaan diusahakan sekecil mungkin dan biasanya disimpan dalam lot yang berukuran standar dengan membatasi jumlah dari lot tersebut.
Perbedaan antara Sistem Dorong dan Sistem Tarik dalam hal aliran material dan penyusunan jadwal produksi yang diketahui bahwa Sistem Dorong merupakan proses beraliran tunggal (single flow process), dimana aliran jadwal yang disusun dan aliran material dalam proses berada pada arah yang sama. Sedangkan Sistem Tarik merupakan proses beraliran ganda (double flow process), dimana aliran material berada pada arah yang berbeda dengan aliran jadwal yang disusun. Dalam hal ini, sistem Kanban digunakan untuk mengkomunikasikan jadwal yang disusun tersebut dari satu workcenter ke workcenter yang lain.
Perbedaan yang lebih spesifik antara Sistem Dorong dan Sistem Tarik adalah dimana Sistem Dorong mengendalikan hasil produksi (output) dengan mengendalikan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan “pesanan yang diperkirakan”, kemudian mengukur tingkat persediaan work in process (WIP). Sedangkan Sistem Tarik mengendalikan WIP dengan cara mengendalikan lantai produksi baru kemudian mengukur tingkat persediaan WIP.
Sistem Kanban
Sistem Kanban tidak sama dengan SPT, walaupun banyak orang menyebutkan SPT sebagai sistem Kanban. Di Toyota sistem Kanban dianggap hanya sebagai suatu sub sistem dari seluruh SPT. SPT adalah suatu cara untuk memperoduksi produk, sedangkan sistem Kanban merupakan cara untuk memanajemen metode produksi JIT. Kanban adalah suatu alat yang digunakan untuk merealisasikan sistem produksi JIT.
Sistem Kanban adalah suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan “produksi produk yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan” dalam tiap proses manufakturing dan juga diantara perusahaan. Bentuk yang paling sering digunakan adalah selembar kertas yang terdapat di dalam suatu amplop vinil segi empat. Kanban membawa informasi secara vertikal dan horizontal didalam pabrik Toyota sendiri maupun antara Toyota dengan perusahaan mitra.
Lembaran kertas kanban itu membawa informasi yang terdiri atas 3 kategori, antara lain :
1.    Informasi Pengambilan
2.    Informasi Pemindahan
3.    Informasi Produksi
Menurut Taiichi Ohno, “Kanban adalah suatu alat untuk mengendalikan produksi”, yang digunakan dalam mengendalikan aliran - aliran material melalui sistem produksi JIT dengan menggunakan kartu - kartu untuk memerintahkan suatu workcenter memindahkan dan menghasilkan material atau komponen tertentu.
Kanban merupakan alat untuk menjalankan suatu mekanisme yang memberikan sinyal-sinyal tertentu oleh workcenter yang membutuhkan komponen - komponen tertentu dari workcenter sebelumnya. Sinyal tersebut memberikan informasi kepada workcenter sebelumnya, sehingga jumlah komponen - komponen yang dibutuhkan workcenter berikutnya dapat langsung diberikan. Selanjutnya jumlah komponen yang telah diambil oleh workcenter tersebut dapat dihasilkan atau diproduksi kembali oleh workcenter sebelumnya.
Gagasan pemikiran Kanban muncul dari mekanisme kerja di pasar swalayan. Barang-barang yang dibeli oleh pelanggan diperiksa dan dicatat oleh kasir. Informasi mengenai jenis dan jumlah barang yang dibeli kemudian disampaikan ke departemen pembelian. Dengan informasi ini, barang – barang yang telah dibeli tadi dengan cepat diganti oleh departemen pembelian sesuai dengan jenis dan jumlahnya.

3.4    Karakteristik Perusahaan yang Telah Menerapkan Konsep JIT
Beberapa karakteristik utama dapat ditemukan pada perusahaan yang telah menerapkan konsep JIT adalah sebagai berikut :
1.    Mutu yang lebih tinggi, mereka lebih cenderung menghasilkan barang yang mutunya tinggi walaupun dengan biaya produksi yang sedikit lebih mahal dari pada menghasilkan barang dengan biaya produksi murah tetapi mutunya rendah.
2.    Rendahnya tingkat persediaan barang, ditekannya tingkat persediaan berperan meminimumkan penanganan persediaan.
3.    Otomatiisasi beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui otomatisasi antara lain dalam hal mutu, fleksibilats, peningkatan kapasitas, mengurangitingkat persediaan, kepercayaan dari pelanggan, memperbaiki posisi dalam persaingan, penjualan yang meningkat dan dapat menghasilkan penghematan biaya yang besar.
4. Perubahan struktur organisasi yang mengarah ke produk
5. Penggunaan teknologi informasi secara efektif, informasi yang cepat dan tepat sangat dibuthkan oleh perusahaan yang menerapkan konsep JIT untuk dapat mendeteksi perubahan dari jadual rutin sehingga tidak menggangu pekerjaan atau proses yang lain.

3.5    Keuntungan dan kelemahan sistem JIT
Keuntungan JIT
1.    seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
2.    Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
3.    Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
4.    kertas kerja dapat lebih simple
5.    Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan JIT
Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.

3.6    Kegiatan dan Struktur SCM
Kegiatan SCM ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner SCM menuju ke pembuatan konsep SCM. Tujuan dari SCM ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi diantara rekanan SCM, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan SCM. Beberapa model telah diajukan untuk memahami kegiatan yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model SCM yang dipromosikan oleh Majelis SCM. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Kegiatan SCM bisa dikelompokan menjadi 3 yaitu :
Strategis
·      Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas.
·      Rekanan strategis dengan penyedia barang/jasa suplai, distributor, dan konsumen, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga.
·      Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke SCM,manajemen muatan.
·      Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli.
·      Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai.
Taktis
·      Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya.
·      Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori.
·      Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
·      Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakkan.
·      Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan.
·      Gaji berdasarkan pencapaian.
Operasional
·      Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di SCM.
·      Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di SCM (menit ke menit).
·      Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua penyedia barang/jasa.
·      Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua penyedia barang/jasa.
·      Operasi inbound, termasuk transportasi dari penyedia barang/jasa dan inventaris yang diterima.
·      Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods).
·      Operasi outbound, termasuk semua kegiatan pemenuhan dan transportasi ke konsumen.
·      Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan SCM, termasuk semua penyedia barang/jasa, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan konsumen lain.

 Struktur SCM yang Sederhana
Dalam supply chain ada 3 aliran yang terlibat antara lain :
1.    Aliran material.
Dilihat mulai dari penyedia bahan baku: aliran bahan mentah, produk setengah jadi, produk akhir. Arah sebaliknya : pengembalian pruduk gagal, daur ulang, perbaikan.
2.    Aliran informasi.
Dilihat mulai dari penyedia bahan baku.
kapasitas produksi pabrik, penjadwalan pengiriman, promosi yang sudah dilakukan. Arah sebaliknya : laporan penjualan, persediaan, perkembangan promosi.
3.    Aliran uang.
Dilihat mulai dari penyedia bahan baku: piutang, biaya pengiriman, pembelian, pendapatan. Arah sebaliknya : pembayaran.

3.7    Pemeran Utama dalam Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam supply chain :
1.    Supplier (chain 1)
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama disini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.
             2.     Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
             3.     Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3)
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4.    Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5.    Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chaindalam konteks ini sebagai end-user.

3.8    Permasalahan, Hambatan dan Manfaat SCM
Permasalahan dalam SCM
Permasalahan yang biasa terjadi pada Supply Chain Management (SCM) antara lain adalah :
1.    Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
2.    Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
3.    Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
4.    Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5.    Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas didalam rantai suplai.
Hambatan dalam SCM
SCM merupakan sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu implementasi SCM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi SCM yang semakin menguatkan argument bahwa implementasi SCM memang membutuhkan dukungan berbagai pihak (Chopra & Meindl 2001):
1.    Incerasing Variety of Products. Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada customer (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen.
2.    Decreasing Product Life Cycles. Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran.
3.    Increasingly Demand Customer. Supply chain management berusaha mengatur (manage) peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat mendadak dan bukan produk yang standart (customize).
4.    Fragmentation of Supply Chain Ownership. Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini mebuat Supply chain mangement semakin rumit dan kompleks.
5.    Globalization. Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia.
Manfaat SCM
Adapun manfaat yang didapat jika kita mengoptimalkan Supply chain Management antara lain :
             1.     Mengurangi inventory barang.
Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang di gudang agar biaya dapat diminimalkan.
             2.     Menjamin kelancaran penyediaan barang.
kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri, whosaler, retailer, sampai kepada konsumen akhir.
             3.     Menjamin mutu.
Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksinya, tetapi ditentukan oleh mutu bahan mentahnya dan mutu dalam kualitas pengirimannya.
             4.     Mengurangi jumlah supplier
Bertujuan untuk mengurangi  ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan (tracking).
             5.     Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance
Dengan mengadakan kerjasama dengan supplier (supplier partnership) dan  juga mengembangkan strategic alliance dapat menjamin lancarnya  pergerakan barang dalam supply chain.
 
BAB IV
PENUTUP

4.1    Simpulan
Just In Time (JIT) atau Konsep Tepat Waktu merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada tempat dan waktu yang tepat. Just in Time (JIT) berarti bahwa dalam suatu rangkaian proses produksi suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan. Perusahaan yang menerapkan sistem ini pada seluruh lini produksi dapat mendekati persediaan nol.
SCM (Supply Chain Management) atau Manajemen Rantai Pasok adalah manajemen dari sebuah jaringan bisnis yang saling terhubung untuk menjadikan suatu produk yang lengkap dan melengkapinya dengan layanan – layanan yang dibutuhkan oleh end customer (Harland, 1996).
Sistem Just In Time memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan antara lain adalah :
Keuntungan
             1.     Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
             2.     Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
             3.     Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.
             4.     Kertas kerja dapat lebih simple.
             5.     Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
Kelemahan JIT
Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.
Selain itu Supply Chain Management juga memiliki permasalahan dan manfaat antara lain adalah :
Permasalahan dalam SCM
Permasalahan yang biasa terjadi pada Supply Chain Management (SCM) antara lain adalah :
Permasalahan
1.    Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
2.    Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
3.    Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
4.    Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
5.    Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas didalam rantai suplai.
Manfaat
             1.     Mengurangi inventory barang.
Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%. Oleh karena itu usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbunan barang di gudang agar biaya dapat diminimalkan.
             2.     Menjamin kelancaran penyediaan barang.
Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri, whosaler, retailer, sampai kepada konsumen akhir.
             3.     Menjamin mutu.
Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksinya, tetapi ditentukan oleh mutu bahan mentahnya dan mutu dalam kualitas pengirimannya.
             4.     Mengurangi jumlah supplier
Bertujuan untuk mengurangi  ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan (tracking).
             5.     Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance
Dengan mengadakan kerjasama dengan supplier (supplier partnership) dan  juga mengembangkan strategic alliance dapat menjamin lancarnya  pergerakan barang dalam supply chain.

4.2    Saran
1.    Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sebaiknya mulai menerapkan sistem JIT dan diimplementasikan dengan baik sehingga dapat memaksimalkan labanya dan mengurangi pemborosan-pemborosan yang ada.
2.    Selain itu juga perusahaan-perusahaan dapat menerapkan SCM karena SCM memiliki banyak manfaat yang dapat menguntungkan perusahaan itu sendiri.
 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. SCM. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai
Aisonhaji. 2009. Supply Chain Management untuk sektor publik Anonim.
http://aisonhaji.wordpress.com/2009/02/25/supply-chain-management-untuksektor-
publik/
Sulistyo, Budi. 2009. SCM Produk Pertanian Berbasis IT. Bandung: Program Studi
Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
Turban, Leidner, McLean, Wetherbe. 2006. Information Technology For Management
6th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
kurniawati, henny. 2008. Supply Chain Management.
http://hannykurniawati.blogspot.com/2012/11/26/supply-chain-management/
http://www.gs1.or.id
www2.bc.edu/~fichman/703_07s_05_SCM.pdf
http://is.its-sby.edu/~wahyu/download/sosiotek/Introduction%20to%20SCM.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Supply_chain_management
http://baihaqi.wordpress.com/2006/12/16/supply-chain-supply-chain-management/
http://www.ebizzasia.com/0214-2004/learn,0214,01.htm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar