Senin, 30 Desember 2013

DINAMIKA KELOMPOL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memiliki dua potensi, yaitu potensi subjektif dan potensi objektif. Melalui potensi subjektifnya, manusia dapat berlaku sebagai subjek yang mengatur dan mempengaruhi lingkungan, dan dengan potensi objektifnya, manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Artinya dalam proses pendidikan dan pelatihan, anda disatu pihak perlu melakukannya dan dipihak lain perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya. Proses pengisian ini akan menjadi lebih mudah dalam situasi yang memberikan kebebasan bagi individu untuk mengembangkan potensi dirinya.
Secara antropologis, dapat diyakini bahwa, sebagai makhluk hidup manusia akan selalu mengalami perubahan, pertumbuhan dan perkembangan. Proses ini akan berjalan secara alamiah. Pelatihan hanya merupakan upaya percepatan dan pemberian arah yang lebih tajam dari proses alamiah tersebut, yaitu mempercepat terjadinya perubahan, pertumbuhan dan perkembangan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Untuk itu perlu proses peningkatan kemampuan berkelompok secara dinamis, di samping dapat menggali dan memperkuat potensi yang ada di dalam diri manusia, harus juga mampu memberikan pengalaman belajar secara langsung, yang sekaligus dapat mempengaruhi otak, sebagai sumber intelegensia, jiwa, sebagai sumber perasaan dan raga, sebagai sumber karya (keterampilan).
Penerapan Dinamika Kelompok selama ini sering dipakai sebagai pengantar dalam pelaksanaan suatu pelatihan. Fasilitator dalam suatu pelatihan seringkali menggunakan prinsip atau berbagai permainan dinamika kelompok dalam berbagai pelatihan. Dinamika kelompok di sini tidak dipandang hanya sebagai acara perkenalan dalam arti yang sempit, hura-hura dan membuang waktu saja, tetapi digunakan untuk menunjang keberhasilan dari suatu pelatihan itu sendiri. Pada prakteknya ada beberapa fasilitator yang belum memahami secara utuh mengenai dinamika kelompok, baik sebagai sarana penunjang proses pembelajaran selama pelatihan berlangsung maupun kaitannya dengan upaya untuk mencapai tujuan pelatihan yang diharapkan.
Dinamika kelompok sebagai suatu metoda dan proses, merupakan salah satu alat manajemen untuk menghasilkan kerjasama kelompok yang optimal, agar pengelolaan organisasi menjadi lebih efektif, efisien dan produktif. Sebagai metoda, dinamika kelompok, membuat setiap anggota kelompok semakin menyadari siapa dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamanya dalam kelompok dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kesadaran semacam ini perlu diciptakan karena kelompok atau organisasi akan menjadi efektif apabila memiliki satu tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diciptakan dan disepakati bersama dengan melibatkan semua individu anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Sebagai suatu proses, dinamika kelompok berupaya menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam setiap tahap perkembangan atau pertumbuhan kelompok, agar setiap orang merasakan dirinya sebagai bagian dari kelompok dan bukan orang asing. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap individu dalam organisasi merasa turut bertanggung jawab secara penuh terhadap pencapaian tujuan organisasi yang lebih luas.

1.2    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana sejarah terbentunya dinamika kelompok ?
2.    Bagaimana proses dinamika kelompok ?
3.    Apa saja status dinamika kelompok ?
4.    Apa saja persoalan yang terjadi dalam dinamika kelompok ?
5.    Mengapa perlu mempelajari dinamika kelompok ?
6.    Apa saja pendekatan yang dilakukan dalam dinamika kelompok ?
7.    Apa tujuan dari dinamika kelompok ?
8.    Apa fungsi dari dinamika kelompok ?

1.3    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui sejarah terbentunya dinamika kelompok.
2.    Untuk mengetahui proses dinamika kelompok.
3.    Untuk mengetahui status dinamika kelompok.
4.    Untuk mengetahui persoalan dalam dinamika kelompok.
5.    Untuk mengetahui alasan pentingnya dinamika kelompok.
6.    Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam dinamika kelompok.
7.    Untuk mengetahui tujuan dinamika kelompok.
8.    Untuk mengetahui fungsi dinamika kelompok.

1.4    Manfaat Penulisan
1.    Mengetahui lebih detai tentang sejarah terbentunya dinamika kelompok.
2.    Mengetahui lebih detai tentang proses dinamika kelompok.
3.    Mengetahui lebih detai tentang status dinamika kelompok.
4.    Mengetahui lebih detai tentang persoalan dalam dinamika kelompok.
5.    Mengetahui lebih detai tentang alasan pentingnya dinamika kelompok.
6.    Mengetahui lebih detai tentang pendekatan-pendekatan dalam dinamika kelompok.
7.    Mengetahui lebih detai tentang tujuan dinamika kelompok.
8.    Mengetahui lebih detai tentang fungsi dinamika kelompok.
 
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Definisi Dinamika
Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”. Menurut Slamet Santoso (2004:5), Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis.

2.2    Definisi Kelompok
Beberapa ahli mendefinisikan tentang kelompok, antara lain sebagai berikut :
a.    Hornby, A.S (1973:441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
b.    Webster (1989:425), mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c.    Sherif: 1962, berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompokny
d.   Slamet Santosa (1992:8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
e.    Menurut Zaltman (1972:75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatankekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.


2.3    Definisi Dinamika Kelompok
Definisi singkat dinamika kelompok dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan Manson (1994); dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Dinamika Kelompok adalah suatu penyelidikan tentang hubungan sebab akibat di dalam kelompok; suatu penyelidikan tentang saling hubungan antar anggota di dalam kelompok; bagaimana kelompok terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap kelompok lain. Dinamika Kelompok juga mencakup studi tentang Cohesiveness, Leadership, Proses pengambilan keputusan dan pembentukkan subkelompok (J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology).
Slamet Santosa (2004:5), mengartikan Dinamika Kelompok sebagai suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.
Dinamika Kelompok adalah suatu Istilah yang digunakan untuk menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan kelompok. Pada dasarnya, Dinamika Kelompok mengacu pada kekuatan Interaksional dalam kelompok yang ditata dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota (Suardi:1998).
Pada hakikatnya, Dinamika Kelompok mencakup proses dan perasaan kelompok. Karenanya, lebih bersifat Deskriptif, tidak ada yang baik ataupun yang buruk. Dalam keorganisasian-keorganisasian juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan dinamika kelompok untuk proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.
Kemudian berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan pengertian atau hakikat dari Dinamika Kelompok itu sendiri adalah Studi tentang interaksi dan Interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain dengan adanya feed back dinamis atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis antar individu sebagai anggota kelompok dengan memiliki tujuan tertentu.

2.4    Teori Pembentukan Kelompok
Teori pembentukan kelompok muncul bertujuan untuk mencoba menjelaskan adanya afiliasi dari orang-orang yang berada dalam suatu kelompok. Terdapat bebrapa teori yang mendukung pembentukan kelompok, diantaranya adalah sebagai berikut :
Teori Kedekatan
Teori ini menunjukan bahwa kelompok terbentuk disebabkan adanya interaksi antara orang-orang yang memiliki kedekatan didalamnya. Kedekatan ini dapat dilihat tidak hanya dari kedekatan ruang, tetapi dikarenakan dengan kedekatan daerah juga. Teori ini membuktikan bahwa pembentukan kelompok didasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.
Teori Keseimbangan
Teori ini menunjukan bahwa pembentukan kelompok terjadi karena adanya kesamaan sikap dan ketertarikan akan tujuan yang relevan antara satu dengan yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa hubungan keterarikan antar orang didalam suatu kelompok sangat beperan penting untuk mencapai tujuan bersama.
Teori Pertukaran
Teori ini menuinjukan bahwa ada tiga aspek yang mendukung teori ini berjalan yaitu hadiah sebagai kebutuhan, biaya sebagai aspek yang akan menimbulkan kekhawatiran jika melebihi kapasitas dan hasil yang diinginkan dari proses hadiah dengan biaya.

2.5    Jenis-jenis Kelompok
Dari teori pembentukan kelompok menghasilkan beberapa jenis kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :
Kelompok Formal
Kelompok yang terbentuk yang didalamnya terdapat struktur yang resmi  dan komitmen terhadap lembaga atau organisasi. Didalam kelompok formal dikenal dengan kelomp komando dan kelompok tugas.

Kelompok Informal
Kelompok yang terbentuk akibat adanya kebutuhan kontak sosial yang dilakukan oleh orang-orang didalamnya. Ini menunjukan bahwa kelompok informal tidak memiliki struktur yang relevan.
Kelompok Terbuka
Kelompok yang mampu menerima pembaharuan dan perubahan dari lingkungan sekitar. Kelompok ini menganggap bahwa perubahan yang dijadikan sebagai suatu masukan akan menjadi aspek positif yang mampu mengembangkan kelompok.
Kelompok Tertutup
Kelompok yang berkemungkinan kecil menerima pembaharuan dari lingkungan sekitar. Ini menunjukkan bahwa kelompok lebih cenderung survive  pada budaya kelompk tersebut.

2.6    Ciri-ciri Kelompok
Karakteristik atau ciri-ciri suatu Kelompok menurut Shaw (1979: 6-10) ada 6, antara lain adalah :
1.    Persepsi dan kognisi anggota kelompok
2.    Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need satisfaction)
3.    Tujuan kelompok (Group Goals)
4.    Organisasi Kelompok
5.    Ada ketergantungan antara anggota kelompok
6.    Interaksi
Pendapat lain menyatakan bahwa karakteristik kelompok antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Adanya interaksi,
2.    Adanya struktur,
3.    Kebersamaan,
4.    Adanya tujuan,
5.    Ada suasana kelompok,
6.    Adanya dinamika interdependensi.
Secara  umum,  Baron  dan  Byrne  mengungkapkan  bahwa  sebuah  kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.    Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.
2.    Interdependen,  apa  yang  terjadi  pada  seorang  anggota  akan  mempengaruhi perilaku anggota yang lain.
3.    Stabil,  hubungan  paling  tidak  ada  lamanya  waktu  yang  berarti  (bisa minggu, bulan dan tahun).
4.    Tujuan  yang  dibagi,  beberapa  tujuan  bersifat  umum  bagi  semua anggota.
5.    Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki set peran.
6.    Persepsi,  anggota  harus  merasakan  diri  mereka  sebagai  bagian  dari kelompok.
Suatu  kelompok dapat disebut  kelompok  sosial  apabila memiliki  ciri- ciri sebagai berikut :
1.    Terdapat  dorongan  atau motif  yang  sama  antar  individu  satu  dengan yang  lain  (dapat  menyebabkan  terjadinya  interaksi  dalam  mencapai tujuan yang sama).
2.    Terdapat  akibat-akibat  interaksi  yang  berlainan  terhadap  individu  satu dengan  yang  lain berdasarkan  rasa dan  kecakapan  yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
3.    Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang  jelas  dan  terdiri  dari  peranan-peranan  dan  kedudukan  masing-masing.
4.    Adanya  peneguhan  norma  pedoman  tingkah  laku  anggota  kelompok yang  mengatur  interaksi  dalam  kegiatan  anggota  kelompok  untuk mencapai tujuan yang ada.
5.    Berlangsungnya suatu kepentingan.
6.    Adanya pergerakan yang dinamik.
Menurut  Reitz  (1977), dapat dikatakan  kelompok jika  mempunyai  karakteristik  sebagai berikut :
1.    Terdiri dari dua orang atau lebih.
2.    Berinteraksi satu sama lain.
3.    Saling membagi beberapa tujuan yang sama.
4.    Melihat dirinya sebagai suatu kelompok.

 2.7    Dasar-dasar Daya Tarik Interpersonal
Dalam pemaparan diatas telah dijelaskan bahwa daya tarik antar personal merupakan salah satu aspek terbentuknya suatu kelompok. Berikut ini merupakan dasar-dasar yang menjadi daya tarik interpersonal yaitu :
Kesempatan berinteraksi, maksudnya adalah ketika personal dengan personal menimbulkan adanya interaksi maka akan timbul adanya daya tarik interpersonal. Interaksi juga akan menimbulkan kesetiakawanan dan menjalin hubungan baik antar personal.
Kesamaan latar belakang, ini menunjukkan bahwa latar belakang akan mempermudah interpersonal untuk berinteraksi, sehingga semakin mudah juga untuk mencapai tujuan bersama. Berbeda dengan interpersonal yang memiliki perbedaan latar belakang, mereka akan sulit berinteraksi dan akan sulit juga menimbulkan daya tarik interpersonal.
Kesamaan sikap, pada dasar daya tarik interpersonal yang satu ini harus didukung oleh latar belakang yang sama pula, dikarenakan latar belakang akan memunculkan pengalaman yang sama.

2.8    Proses Pembentukan Kelompok
Pembentukan  kelompok  merupakan  salah  satu  langkah  awal  terjadinya  interaksi  antar  individu  satu  dengan  yang  lain,  karena  dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan  terpenuhi kebutuhan dalam  kelompok. Pembentukan  sebuah  kelompok  dapat  diawali  dengan  adanya  persepsi, perasaan atau motivasi, dan  tujuan yang  sama dalam memenuhi kebutuhannya.
 
       
Proses  pembentukan  kelompok  dimulai  dari  adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi  dalam memenuhi  kebutuhan  kemudian menentukan tujuan  yang  sama  dan  akhirnya  terjadi  interaksi  sehingga  terwujudlah sebuah kelompok.
Pada  tahap  awal  pemebentukan  kelompok  ini  akan  ditentukan kedudukan  masing-masing  individu,  siapa  yang  menjadi  ketua  dan  siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar  anggota  yang  memungkinkan  terjadinya  perpecahan  (konflik),  tapi  konflik  ini  biasanya  bersifat  sementara  karena manfaat  kelompok  ini  lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi.


2.9    Tahap-tahap Perkembangan Kelompok
Terbentuknya  kelompok  karena  adanya  persamaan  dalam kebutuuhan  akan  berkelompok,  dimana  individu  memiliki  potensi  dalam memenuhi  kebutuhan  dan  setiap  individu memiliki  keterbatasan,  sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya.
Kelompok  merupakan  tujuan  yang  diharapkan  dalam  proses  dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator  yang dijadikan pedoman untuk mengukur  tingkah perkembangan kelompok adalah sebagai berikut :
1.    Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk member dan menerima informasi yang  baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai  dengan  hasil  dinamika  kelompok  tersebut. Disamping  itu  proses adaptasi  juga  berjalan  dengan  baik  yang  ditandai  dengan  kelenturan setiap  anggota  untuk  menerima  ide,  pandangan,  norma  dan  kepercayaan  anggota  kelompok  lain  tanpa  merasa  integritasnya terganggu.
2.    Pencapaian Tujuan
Setiap  anggota mampu menunda  kepuasan  dan melepaskan  ikatan dalam  rangka  mencapai  tujuan  bersama,  mampu  membina  dan  memperluas pola, serta individu mampu terlihat secara emosional untuk  mengungkapkan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuannya. Perkembangan  kelompok  dapat  ditunjang  oleh  bagaimana  komunikasi  dalam  kelompok.  Perkembangan  kelompok  dibagi menjadi  tiga tahap, yaitu :
a.    Proses Afiliasi
Merupakan  tahap  permulaan  dengan  diawali  adanya  perkenalan  dimana  semua  individu  semua  individu  akan  saling  mengenal  satu  dengan yang lain, kemudian berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
b.    Proses Fungsional
Tahap  ini  tumbuh  ditandai  adanya  perasaan  senang  antara  satu  dengan  yang  lain,  tercipta  homogenitas,  kecocokan  dan  kekompakan  dalam  kelompok.  Maka  akan  terjadi  pembagian  dalam  menjalankan  fungsi kelompok.
c.    Proses Disolusi
Tahap  ini  terjadi  apabila  keanggotaan  kelompok  sudah mempunyai  rasa  tidak  membutuhkan  lagi  dalam  kelompok,  tidak  tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Sejarah Terbentuknya Dinamika Kelompok
Sejarah dinamika kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan psikologi pada umumnya dan psikologi pada khususnya. Oleh karena itu, berikut ini akan diuraikan sejarah dinamika kelompok.
Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin di dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Menurut Plato : “Daya pikir individu tercermin di dalam golongan pemerintah, daya kemauan tercermin di dalam golongan ketentaraan dan daya perasaan tercermin di dalam golongan pedagang”.
Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok-kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap – tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan.
Demikian kuatnya persatuan dan interaksi sosial yang terjalin sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil lagi.
Zaman Liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menentukan individu lain dalam kehidupan.
Perkembangan selanjutnya, kebebasan ini membawa malapetaka bagi tiap-tiap individu karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan sehingga mereka tidak merasa memiliki kepastian.
Keadaan ini membawa bayang-bayang ketakutan dalam diri individu sehingga berbagai cara ia tempuh untuk menghilangkan rasa ketakutan dan sekaligus memperoleh pedoman dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, timbul gagasan individu untuk mengadakan perjanjian sosial antara sesamanya dan hal ini dirumuskan di dalam Leviathan atau negara yang diharapkan dapat menjamin kehidupan mereka.
Pada hakikatnya Leviathan/negara merupakan suatu bentuk pengelompokan yang telah memiliki norma, struktur, dan pimpinan yang belum tentu ada di dalam suatu kelompok.
Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-Bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall mempelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitif yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya.
Moritz Lazarus dan Stanley Hall mengadakan penyelidikan terhadap adat dan bahasa rakyat dalam hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Dari hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa rakyat menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesatuan psikologi, dan ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Teori ini kemudian berkembang bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesatuan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing- masing. Inilah yang kemudian terkenal dengan teori sosial.
Adanya kekhususan dari tiap-tiap suku bangsa, mengingatkan pada bentuk kelompok, karena bentuk kelompok satu dengan yang lain pasti berbeda segala galanya. Misalnya, kelompok olahraga berbeda dengan kelompok kesenian.
Zaman Gerakan Massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang sesuai dengan yang dinginkan.
Gerakan masyarakat yang lebih dikenal dengan gerakan massa mendorong Gustave Ie Bon untuk mengajar gejala-gejala psikologis yang timbul dalam gerakan massa melalui penyelidikan secara intensif dan mendalam.
Hasil penyelidikan Gustave Ie Bon dirumuskan dalam buku The Crowd menunjukkan bahwa dalam gerakan massa timbul pa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dalam setiap individu kehilangan kontrol terhadap dirinya. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, sudah barang tentu massa tersebut memiliki anggota, norma, pimpinan, dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti suatu bentuk kelompok.
Zaman Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah memberikan motivasi kepada para ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa walaupun dengan risiko yang besar. Namun permulaan abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu yang dipandang dapat memberi dapat memberi hasil yang efektif.
Oleh karena itu, Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya yang ditulis dalam bukunya Social Psychology. Buku tersebut ternyata mendorong ahli lain untuk merusmuskan secara tegas objek psikologi sosial, yang ternyata objek tersebut adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnya sejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial membawa pula adanya kelompok.
Zaman Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu itu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidariteit di dalam kehidupannya.
Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas.
Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok –kelompok kecil seperti keluarga, klik, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin besar moralnya.
Dalamhal ini Moreno telah menunjukan dengan jelas adanya-kelompok yang lebih konkret daripada ahli-ahli psikologi sosial dan Moreno menunjukkan pula pengaruh kelompok tersebut terhadap kehidupan individu dari kelompok itu.
Kurt Lewin telah menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok  yang menjadi anggotanya. Jadi, jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.

3.2    Proses Dinamika Kelompok
Proses  dinamika  kelompok mulai  dari  individu  sebagai  pribadi  yang  masuk  ke  dalam  kelompok  dengan  latar  belakang  yang  berbeda-beda,  belum  mengenal  antar  individu  yang  ada  dalam  kelompok.  Mereka  membeku  seperti  es.  Individu  yang  bersangkutan  akan  berusaha  untuk  mengenal  individu  yang  lain.  Es  yang  membeku  lama-kelamaan  mulai mencair, proses ini disebut ice breaking. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai  diskusi  kelompok,  yang  kadang  diskusi  bisa  sampai  memanas,  proses ini disebut storming. Storming akan membawa perubahan pada sikap  dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming.
Dalam  setiap  kelompok  harus  ada  aturan  main  yang  disepakati  bersama  oleh  semua  anggota  kelompok  dan  pengatur  perilaku  semua  anggota  kelompok,  proses  ini  disebut  norming.  Berdasarkan  aturan  inilah  individu  dan  kelompok  melakukan  berbagai  kegiatan,  proses  ini  disebut  performing.  Secara  singkat  dinamika  kelompok  dapat  dilihat  pada  gambar berikut :

3.3    Status Dinamika Kelompok
Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok sangat erat hubungannya dengan psikologi sosial, hal ini berpengaruh terhadap penentuan status dinamika kelompok. Oleh karena itu, ada di antara ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, dan ahli-ahli lain untuk mencoba membawa dinamika kelompok ke dalam cabang ilmu mereka masing-masing.
Cabang Sosiologi
Ahli-ahli sosiologi seperti Homans, Moreno dan Mitschell berpendapat bahwa masalah kelompok/grup dan struktur kelompok yang menjadi objek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi objek sosiologi.
Moreno, misalnya brependapat bahwa di dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak sosial) antara anggota kelompok tersebut. Hal ini terdapat pada arah pilihan, sikap, isolasi, dan keakraban anta masing –masing anggota.
Sesungguhnyamasih banyak ahli psikologi, seperti Herbert Spencer dan konsepsinya nation (bangsa), Karl Marx dengan konsepsinya class. Toynbee dengan konsepnya civilization, Emile Durheim dengan konsepsinya group spirit, namun di antara mereka terdapat perbedaan pandangan.
Cabang Psikologi
Robert F. Bales di dalam bukunya interaction analysis memasukkan dinamika kelompok ke dalam cabang psikologi. Alasan yang digunakan oleh Robert F. Bales adalah di dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.
Misalnya Bales mengemukakan bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu. Ahli lain yaitu Sprott dalam bukunya Human Group mencoba menganalisis persoalan interrelasi/hubungan yang terjadi antar anggota suatu kelompok.
Cabang Psikologi Sosial
Para ahli psikologi sosial seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing masing individu sebagai anggota suatu kelompok.
Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik/ saling pengaruh antar anggota di dalam kehidupan berkelompok.
Bidang Eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen walaupun sifatnya cenderung mengarah kepada persoalan psikologi.
Seperti diungkapkan oleh Zender bahwa perkembangan alam demokrasi akan lebih menjamin kepentingan hak individu sehingga semakin besar perkembangan demokrasi makin pesat pula perkembangan individu.
Pendapat Zender ini berdasar pada suatu anggapan apabila kelompok kecil seperti keluarga, kelas, regu kerja, serta kelompok besar seperti masyarakat, negara, dan perusahaan apabila mengikuti alam demokrasi maka kehidupannya akan lebih baik.

3.4    Persoalan dalam Dinamika Kelompok
Di depan telah disebutkan pengertian dinamika kelompok secara jelas yang ditarik atas dasar berbagai pendapat para ahli, baik dari ahli psikologi, ahli sosiologi, dan ahli psikologi sosial sehingga pengertian ini menjadi lebih sempurna.
Dari pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat disebutkan bahwa persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.
a.    Kohesi/persatuan
Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
b.    Motif/dorongan
Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
c.    Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.
d.               Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.
e.    Perkembangan kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.

3.5    Pentingnya Mempelajari Dinamika Kelompok
Berbagai pihak telah menyadari betapa pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan sebagai berikut.
a.    Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
b.    Individu tidak dapat pula bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c.    Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d.   Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
e.    Semakin banyak diakui manfaat dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok kelompok.

3.6    Pendekatan-pendekatan dalam Dinamika Kelompok
Suatu dinamika kelompok seperti disebutkan di atas, menjadi bahan persaiangan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai bidang eksperimen saja.
Hal ini ternyata membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok. Dalam pendekatan ini terdapat berbagai pandangan para ahli, antara lain Bales dan Homans, Stogdill, Sigmund Freud dan Scheidlinger, serta Yennings dan Moreno.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan diri pada konsep adanya aksi, interaksi dan situasi yang ada dalam suatu kelompok. Selanjutnya Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat :
a.    adanya stratifikasi kedudukan warga;
b.    adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain;
c.    adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor – faktor dari luar kelompok.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Selanjutnya Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok yang terorganisisr ialah suatu kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
Pendekatan dari Ahli Fsycho Analysis oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok akan dapat berbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok. Demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut semakin kukuh. Sementara itu, Sigmund Freud berpendapat di dalam setiap kelompok perlu adanya coheviseness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota satu dengan anggota yang lain.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sosiometri, yang sangat cocok diterapkan dalam kelompok. Yennings mengemukakan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap anggota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok.
Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan psikhe group dan socio group sebagai berikut :
a.    Psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati anggotanya.
b.    Socio group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Dalam hubungannya dengan psikhe group dan socio group, Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan socio group disesuaikan dengan psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.

3.7    Tujuan Dinamika Kelompok
Tujuan adanya dinamika kelompok adalah untuk :
1.    Membangkitkan  kepekaan  diri  seorang  anggota  kelompok  terhadap  anggota  kelompok  yang  lain,  sehingga  dapat menimbulkan  rasa  saling  menghargai;
2.    Menimbulkan  rasa  solidaritas  anggota  sehingga  dapat  saling  menghormati dan saling menghargai;
3.    Menciptakan  komunikasi  yang  terbuka  terhadap  sesama  anggota  kelompok;
4.    Menimbulkan  adanya  i’tikad  yang  baik  diantara  sesama  anggota  kelompok.

3.8    Fungsi Dinamika Kelompok
a.    Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
b.    Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
c.    Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
d.   Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1    Simpulan
Pengertian dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis dan pengertian kelompok menurut Slamet Santosa (1992:8) adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Sedangkan pengertian Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan antara lain sebagai berikut.
a.    Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
b.    Individu tidak dapat pula bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c.    Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d.   Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
e.    Semakin banyak diakui manfaat dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok kelompok.
Tujuan adanya dinamika kelompok adalah untuk :
1.    Membangkitkan  kepekaan  diri  seorang  anggota  kelompok  terhadap  anggota  kelompok  yang  lain,  sehingga  dapat menimbulkan  rasa  saling  menghargai;
2.    Menimbulkan  rasa  solidaritas  anggota  sehingga  dapat  saling  menghormati dan saling menghargai;
3.    Menciptakan  komunikasi  yang  terbuka  terhadap  sesama  anggota  kelompok;
4.    Menimbulkan  adanya  i’tikad  yang  baik  diantara  sesama  anggota  kelompok.

Fungsi dinamika kelompok antara lain :
1.    Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
2.    Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
3.    Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
4.    Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

4.2    Saran
1.    Walaupun materi tentang dinamika kelompok sering diterapkan dalam hidup keseharian namun tidak banyak yang mengetahui pentingnya dinamika sosial dalam kehidupan sehari-hari hingga di dunia kerja sekalipun, oleh karena itu materi ini perlu di bahas hingga detail lagi agar kita mengetahui pokok dari dinamika itu sendiri dan dampak yang akan kita dapatkan kedepannya.
2.    Agar para ahli lebih banyak mengeluarkan tentang literatur baru tentang dinamika kelompok karena dirasa sangat penting saat ini dimana polemik dalam kelompok semakin banyak.

 
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang, dkk. 2009. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Imron.  (2008).  Dinamika  Kelompok.  (Online), (http://imron46.wordpress.com/2008/09/25/dinamika-kelompok/ diakses pada 11 Oktober 2010).
Johnson, David W & Frank P. Johnson. 2012.  Dinamika Kelompok: Teori dan Keterampilan. 9th ed. Jakarta: PT Indeks
Rusmana, Nanang. t.t. Konsep Dasar Dinamika Kelompok. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196005011986031-NANDANG_RUSMANA/Konsep_Dasar_Dinamika_Kelompok.pdf, diakses 5 September 2012)
Robbin,  Stephen  P.  (2003).  Organizational  Behavior,  Thent  Edition.  New Jersey :  Pearson  Education,  Inc.  alih  bahasa:  Molan,  Benyamin. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia.
Santosa, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta:Buni Aksara.
Sutarto. (2002). Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University.
Sule, Ernie Trisnawati & Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Sofa.  (2008).  Komunikasi  Interpersonal.  (Online),  http://massofa.wordpress.com/2008/04/16/komunikasi-interpersonal/ diakses pada 11 Oktober 2010.
Winardi, J. 2007. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana.