BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia memiliki dua potensi, yaitu potensi subjektif dan potensi
objektif. Melalui potensi subjektifnya, manusia dapat berlaku sebagai subjek
yang mengatur dan mempengaruhi lingkungan, dan dengan potensi objektifnya,
manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Artinya dalam proses
pendidikan dan pelatihan, anda disatu pihak perlu melakukannya dan dipihak lain
perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya. Proses pengisian
ini akan menjadi lebih mudah dalam situasi yang memberikan kebebasan bagi
individu untuk mengembangkan potensi dirinya.
Secara antropologis, dapat diyakini bahwa,
sebagai makhluk hidup manusia akan selalu mengalami perubahan, pertumbuhan dan
perkembangan. Proses ini akan berjalan secara alamiah. Pelatihan hanya
merupakan upaya percepatan dan pemberian arah yang lebih tajam dari proses
alamiah tersebut, yaitu mempercepat terjadinya perubahan, pertumbuhan dan
perkembangan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Untuk itu perlu proses peningkatan kemampuan
berkelompok secara dinamis, di samping dapat menggali dan memperkuat potensi
yang ada di dalam diri manusia, harus juga mampu memberikan pengalaman belajar
secara langsung, yang sekaligus dapat mempengaruhi otak, sebagai sumber
intelegensia, jiwa, sebagai sumber perasaan dan raga, sebagai sumber karya
(keterampilan).
Penerapan Dinamika Kelompok selama ini sering
dipakai sebagai pengantar dalam pelaksanaan suatu pelatihan. Fasilitator dalam
suatu pelatihan seringkali menggunakan prinsip atau berbagai permainan dinamika
kelompok dalam berbagai pelatihan. Dinamika kelompok di sini tidak dipandang
hanya sebagai acara perkenalan dalam arti yang sempit, hura-hura dan membuang
waktu saja, tetapi digunakan untuk menunjang keberhasilan dari suatu pelatihan
itu sendiri. Pada prakteknya ada beberapa fasilitator yang belum memahami
secara utuh mengenai dinamika kelompok, baik sebagai sarana penunjang proses
pembelajaran selama pelatihan berlangsung maupun kaitannya dengan upaya untuk
mencapai tujuan pelatihan yang diharapkan.
Dinamika kelompok sebagai suatu metoda dan
proses, merupakan salah satu alat manajemen untuk menghasilkan kerjasama
kelompok yang optimal, agar pengelolaan organisasi menjadi lebih efektif, efisien
dan produktif. Sebagai metoda, dinamika kelompok, membuat setiap anggota
kelompok semakin menyadari siapa dirinya dan siapa orang lain yang hadir
bersamanya dalam kelompok dengan segala kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Kesadaran semacam ini perlu diciptakan karena kelompok atau
organisasi akan menjadi efektif apabila memiliki satu tujuan, satu cara
tertentu untuk mencapai tujuan yang diciptakan dan disepakati bersama dengan
melibatkan semua individu anggota kelompok tersebut sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
Sebagai suatu
proses, dinamika kelompok berupaya menciptakan situasi sedemikian rupa,
sehingga membuat seluruh anggota kelompok merasa terlibat secara aktif dalam
setiap tahap perkembangan atau pertumbuhan kelompok, agar setiap orang
merasakan dirinya sebagai bagian dari kelompok dan bukan orang asing. Dengan
demikian diharapkan bahwa setiap individu dalam organisasi merasa turut
bertanggung jawab secara penuh terhadap pencapaian tujuan organisasi yang lebih
luas.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah terbentunya dinamika kelompok ?
2.
Bagaimana
proses dinamika kelompok ?
3.
Apa
saja status dinamika kelompok ?
4.
Apa
saja persoalan yang terjadi dalam dinamika kelompok ?
5.
Mengapa
perlu mempelajari dinamika kelompok ?
6.
Apa
saja pendekatan yang dilakukan dalam dinamika kelompok ?
7.
Apa
tujuan dari dinamika kelompok ?
8.
Apa
fungsi dari dinamika kelompok ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui sejarah terbentunya dinamika kelompok.
2.
Untuk
mengetahui proses dinamika kelompok.
3.
Untuk
mengetahui status dinamika kelompok.
4.
Untuk
mengetahui persoalan dalam dinamika kelompok.
5.
Untuk
mengetahui alasan pentingnya dinamika kelompok.
6.
Untuk
mengetahui pendekatan-pendekatan dalam dinamika kelompok.
7.
Untuk
mengetahui tujuan dinamika kelompok.
8.
Untuk
mengetahui fungsi dinamika kelompok.
1.4
Manfaat Penulisan
1.
Mengetahui
lebih detai tentang sejarah terbentunya dinamika kelompok.
2.
Mengetahui
lebih detai tentang proses dinamika kelompok.
3.
Mengetahui
lebih detai tentang status dinamika kelompok.
4.
Mengetahui
lebih detai tentang persoalan dalam dinamika kelompok.
5.
Mengetahui
lebih detai tentang alasan pentingnya dinamika kelompok.
6.
Mengetahui
lebih detai tentang pendekatan-pendekatan dalam dinamika kelompok.
7.
Mengetahui
lebih detai tentang tujuan dinamika kelompok.
8.
Mengetahui
lebih detai tentang fungsi dinamika kelompok.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Dinamika
Kata Dinamika berasal dari
kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is
facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”.
Menurut Slamet Santoso (2004:5), Dinamika
berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi
warga yang lain secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok
secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas
dalam hubungan secara psikologis.
2.2
Definisi Kelompok
Beberapa ahli mendefinisikan tentang kelompok, antara
lain sebagai berikut :
a. Hornby, A.S (1973:441)
berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau
ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of
persons or things gathered, or naturally associated).
b. Webster (1989:425), mengatakan
bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan
menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c. Sherif: 1962, berpendapat
Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai
hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya
secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah
laku anggota kelompokny
d. Slamet Santosa (1992:8),
“Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai
kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan
persepsi”.
e. Menurut Zaltman (1972:75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatankekuatan
yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah
perilaku kelompok.
2.3
Definisi Dinamika Kelompok
Definisi singkat dinamika
kelompok dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan Manson (1994); dinamika kelompok
adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik kelompok dengan
interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi
pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan
sebab akibat yang ada di dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab
akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah
hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Dinamika Kelompok adalah suatu
penyelidikan tentang hubungan sebab akibat di dalam kelompok; suatu
penyelidikan tentang saling hubungan antar anggota di dalam kelompok; bagaimana
kelompok terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap kelompok
lain. Dinamika Kelompok juga mencakup studi tentang Cohesiveness, Leadership,
Proses pengambilan keputusan dan pembentukkan subkelompok (J.P. Chaplin, Dictionary of
Psychology).
Slamet
Santosa (2004:5), mengartikan Dinamika Kelompok sebagai suatu kelompok yang teratur
dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas
antara anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota kelompok mempunyai
hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama-sama.
Dinamika Kelompok adalah suatu
Istilah yang digunakan untuk menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan
kelompok. Pada dasarnya, Dinamika Kelompok mengacu pada kekuatan Interaksional
dalam kelompok yang ditata dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota
(Suardi:1998).
Pada hakikatnya, Dinamika
Kelompok mencakup proses dan perasaan kelompok. Karenanya, lebih bersifat Deskriptif,
tidak ada yang baik ataupun yang buruk. Dalam keorganisasian-keorganisasian
juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan dinamika kelompok untuk proses
pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.
Kemudian berdasarkan beberapa
pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan pengertian atau hakikat dari Dinamika Kelompok itu sendiri
adalah Studi tentang interaksi dan Interdependensi antara anggota kelompok
yang satu dengan yang lain dengan adanya feed back dinamis atau keteraturan
yang jelas dalam hubungan secara psikologis antar individu sebagai anggota
kelompok dengan memiliki tujuan tertentu.
2.4
Teori Pembentukan Kelompok
Teori pembentukan kelompok muncul bertujuan untuk mencoba menjelaskan
adanya afiliasi dari orang-orang yang berada dalam suatu kelompok. Terdapat
bebrapa teori yang mendukung pembentukan kelompok, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Teori Kedekatan
Teori ini menunjukan bahwa kelompok terbentuk disebabkan adanya
interaksi antara orang-orang yang memiliki kedekatan didalamnya. Kedekatan ini
dapat dilihat tidak hanya dari kedekatan ruang, tetapi dikarenakan dengan
kedekatan daerah juga. Teori ini membuktikan bahwa pembentukan kelompok
didasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment yang ditularkan pada orang
lain.
Teori Keseimbangan
Teori ini menunjukan bahwa pembentukan kelompok terjadi karena adanya
kesamaan sikap dan ketertarikan akan tujuan yang relevan antara satu dengan
yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa hubungan keterarikan antar orang didalam
suatu kelompok sangat beperan penting untuk mencapai tujuan bersama.
Teori Pertukaran
Teori ini menuinjukan bahwa ada tiga aspek yang mendukung teori ini
berjalan yaitu hadiah sebagai kebutuhan, biaya sebagai aspek yang akan
menimbulkan kekhawatiran jika melebihi kapasitas dan hasil yang diinginkan dari
proses hadiah dengan biaya.
2.5
Jenis-jenis Kelompok
Dari teori pembentukan kelompok menghasilkan beberapa jenis kelompok
diantaranya adalah sebagai berikut :
Kelompok Formal
Kelompok
yang terbentuk yang didalamnya terdapat struktur yang resmi dan komitmen
terhadap lembaga atau organisasi. Didalam kelompok formal dikenal dengan kelomp
komando dan kelompok tugas.
Kelompok Informal
Kelompok yang terbentuk
akibat adanya kebutuhan kontak sosial yang dilakukan oleh orang-orang
didalamnya. Ini menunjukan bahwa kelompok informal tidak memiliki struktur yang
relevan.
Kelompok Terbuka
Kelompok
yang mampu menerima pembaharuan dan perubahan dari lingkungan sekitar. Kelompok
ini menganggap bahwa perubahan yang dijadikan sebagai suatu masukan akan menjadi
aspek positif yang mampu mengembangkan kelompok.
Kelompok Tertutup
Kelompok
yang berkemungkinan kecil menerima pembaharuan dari lingkungan sekitar. Ini
menunjukkan bahwa kelompok lebih cenderung survive pada budaya
kelompk tersebut.
2.6
Ciri-ciri Kelompok
Karakteristik atau ciri-ciri
suatu Kelompok menurut Shaw (1979: 6-10) ada 6, antara lain adalah :
1. Persepsi dan kognisi anggota
kelompok
2. Motivasi dan kebutuhan kepuasan (need
satisfaction)
3. Tujuan kelompok (Group Goals)
4. Organisasi Kelompok
5. Ada ketergantungan antara anggota
kelompok
6. Interaksi
Pendapat lain menyatakan bahwa
karakteristik kelompok antara lain adalah sebagai berikut :
1. Adanya interaksi,
2. Adanya struktur,
3. Kebersamaan,
4. Adanya tujuan,
5. Ada suasana kelompok,
6. Adanya dinamika interdependensi.
Secara umum,
Baron dan Byrne
mengungkapkan bahwa sebuah
kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Interaksi,
anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.
2.
Interdependen, apa
yang terjadi pada
seorang anggota akan
mempengaruhi perilaku anggota yang lain.
3.
Stabil, hubungan
paling tidak ada
lamanya waktu yang
berarti (bisa minggu, bulan dan
tahun).
4.
Tujuan yang
dibagi, beberapa tujuan
bersifat umum bagi
semua anggota.
5.
Struktur,
fungsi tiap anggota harus memiliki set peran.
6. Persepsi,
anggota harus merasakan
diri mereka sebagai
bagian dari kelompok.
Suatu kelompok dapat disebut kelompok
sosial apabila memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
1.
Terdapat dorongan
atau motif yang sama
antar individu satu
dengan yang lain (dapat
menyebabkan terjadinya interaksi
dalam mencapai tujuan yang sama).
2.
Terdapat akibat-akibat
interaksi yang berlainan
terhadap individu satu dengan
yang lain berdasarkan rasa dan
kecakapan yang berbeda-beda
antara individu yang terlibat di dalamnya.
3.
Adanya
penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari
peranan-peranan dan kedudukan
masing-masing.
4.
Adanya peneguhan
norma pedoman tingkah
laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dalam
kegiatan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan yang ada.
5.
Berlangsungnya
suatu kepentingan.
6.
Adanya
pergerakan yang dinamik.
Menurut Reitz
(1977), dapat dikatakan kelompok
jika mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1.
Terdiri
dari dua orang atau lebih.
2.
Berinteraksi
satu sama lain.
3.
Saling
membagi beberapa tujuan yang sama.
4.
Melihat
dirinya sebagai suatu kelompok.
2.7
Dasar-dasar Daya Tarik Interpersonal
Dalam pemaparan diatas telah dijelaskan bahwa daya tarik antar personal
merupakan salah satu aspek terbentuknya suatu kelompok. Berikut ini merupakan
dasar-dasar yang menjadi daya tarik interpersonal yaitu :
Kesempatan berinteraksi, maksudnya adalah ketika personal dengan personal menimbulkan adanya
interaksi maka akan timbul adanya daya tarik interpersonal. Interaksi juga akan
menimbulkan kesetiakawanan dan menjalin hubungan baik antar personal.
Kesamaan latar belakang, ini menunjukkan bahwa latar belakang akan mempermudah interpersonal
untuk berinteraksi, sehingga semakin mudah juga untuk mencapai tujuan bersama.
Berbeda dengan interpersonal yang memiliki perbedaan latar belakang, mereka
akan sulit berinteraksi dan akan sulit juga menimbulkan daya tarik
interpersonal.
Kesamaan sikap, pada dasar daya tarik interpersonal yang satu ini harus didukung oleh latar belakang yang sama pula, dikarenakan latar belakang akan memunculkan pengalaman yang sama.
Kesamaan sikap, pada dasar daya tarik interpersonal yang satu ini harus didukung oleh latar belakang yang sama pula, dikarenakan latar belakang akan memunculkan pengalaman yang sama.
2.8
Proses Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok
merupakan salah satu
langkah awal terjadinya
interaksi antar individu
satu dengan yang
lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok
akan terpenuhi kebutuhan dalam kelompok. Pembentukan sebuah
kelompok dapat diawali
dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang
sama dalam memenuhi kebutuhannya.
Proses pembentukan
kelompok dimulai dari
adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari
perasaan ini akan muncul motivasi dalam
memenuhi kebutuhan kemudian menentukan tujuan yang
sama dan akhirnya
terjadi interaksi sehingga
terwujudlah sebuah kelompok.
Pada tahap
awal pemebentukan kelompok
ini akan ditentukan kedudukan masing-masing
individu, siapa yang
menjadi ketua dan
siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi
interaksi antar anggota yang
memungkinkan terjadinya perpecahan
(konflik), tapi konflik
ini biasanya bersifat
sementara karena manfaat kelompok
ini lebih besar, maka anggota
akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan
kelompok akan mudah terjadi.
2.9
Tahap-tahap Perkembangan Kelompok
Terbentuknya kelompok
karena adanya persamaan
dalam kebutuuhan akan berkelompok,
dimana individu memiliki
potensi dalam memenuhi kebutuhan
dan setiap individu memiliki keterbatasan,
sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang
lain untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan
tujuan yang diharapkan
dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut
tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat
berjalan dengan baik. Indikator yang
dijadikan pedoman untuk mengukur tingkah
perkembangan kelompok adalah sebagai berikut :
1.
Adaptasi
Setiap individu
terbuka untuk member dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka
untuk menerima peran baru sesuai
dengan hasil dinamika
kelompok tersebut. Disamping itu
proses adaptasi juga berjalan
dengan baik yang
ditandai dengan kelenturan setiap anggota
untuk menerima ide,
pandangan, norma dan
kepercayaan anggota kelompok
lain tanpa merasa
integritasnya terganggu.
2.
Pencapaian
Tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan
dan melepaskan ikatan dalam rangka
mencapai tujuan bersama,
mampu membina dan
memperluas pola, serta individu mampu terlihat secara emosional
untuk mengungkapkan pengalaman,
pengetahuan, dan kemampuannya. Perkembangan
kelompok dapat ditunjang
oleh bagaimana komunikasi
dalam kelompok. Perkembangan
kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a.
Proses
Afiliasi
Merupakan tahap
permulaan dengan diawali
adanya perkenalan dimana
semua individu semua
individu akan saling
mengenal satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjadi
kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing
anggota.
b.
Proses
Fungsional
Tahap ini
tumbuh ditandai adanya
perasaan senang antara
satu dengan yang
lain, tercipta homogenitas,
kecocokan dan kekompakan
dalam kelompok. Maka
akan terjadi pembagian
dalam menjalankan fungsi kelompok.
c.
Proses
Disolusi
Tahap ini
terjadi apabila keanggotaan
kelompok sudah mempunyai rasa
tidak membutuhkan lagi
dalam kelompok, tidak
tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran
yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Sejarah Terbentuknya Dinamika Kelompok
Sejarah dinamika kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan psikologi
pada umumnya dan psikologi pada khususnya. Oleh karena itu, berikut ini akan
diuraikan sejarah dinamika kelompok.
Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu
tercermin di dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu
sama lain. Menurut Plato : “Daya pikir individu tercermin di dalam golongan
pemerintah, daya kemauan tercermin di dalam golongan ketentaraan dan daya
perasaan tercermin di dalam golongan pedagang”.
Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok-kelompok yang
terpisah satu sama lain dan tiap – tiap golongan memiliki norma yang berfungsi
sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing
golongan.
Demikian kuatnya persatuan dan interaksi sosial yang terjalin sehingga masing-masing
golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam
kelompok/golongan yang lebih kecil lagi.
Zaman Liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala
sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menentukan individu lain
dalam kehidupan.
Perkembangan selanjutnya, kebebasan ini membawa malapetaka bagi tiap-tiap
individu karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan
sehingga mereka tidak merasa memiliki kepastian.
Keadaan ini membawa bayang-bayang ketakutan dalam diri individu sehingga
berbagai cara ia tempuh untuk menghilangkan rasa ketakutan dan sekaligus
memperoleh pedoman dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, timbul gagasan individu untuk mengadakan perjanjian sosial
antara sesamanya dan hal ini dirumuskan di dalam Leviathan atau negara yang
diharapkan dapat menjamin kehidupan mereka.
Pada hakikatnya Leviathan/negara merupakan suatu bentuk pengelompokan yang
telah memiliki norma, struktur, dan pimpinan yang belum tentu ada di dalam
suatu kelompok.
Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-Bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall mempelopori untuk mengadakan
suatu penyelidikan terhadap bangsa primitif yang memiliki ciri khas di dalam
kehidupannya.
Moritz Lazarus dan Stanley Hall mengadakan penyelidikan terhadap adat dan
bahasa rakyat dalam hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Dari
hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa rakyat menimbulkan homogenitas
pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak
berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesatuan
psikologi, dan ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Teori ini kemudian
berkembang bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesatuan psikologi menjadi
suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing- masing. Inilah yang
kemudian terkenal dengan teori sosial.
Adanya kekhususan dari tiap-tiap suku bangsa, mengingatkan pada bentuk
kelompok, karena bentuk kelompok satu dengan yang lain pasti berbeda segala
galanya. Misalnya, kelompok olahraga berbeda dengan kelompok kesenian.
Zaman Gerakan Massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya
mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan
membentuk pemerintahan yang sesuai dengan yang dinginkan.
Gerakan masyarakat yang lebih dikenal dengan gerakan massa mendorong
Gustave Ie Bon untuk mengajar gejala-gejala psikologis yang timbul dalam
gerakan massa melalui penyelidikan secara intensif dan mendalam.
Hasil penyelidikan Gustave Ie Bon dirumuskan dalam buku The Crowd
menunjukkan bahwa dalam gerakan massa timbul pa yang dinamakan sugesti, yang
mengakibatkan gerakan massa tersebut dalam setiap individu kehilangan kontrol
terhadap dirinya. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian
hebat, sudah barang tentu massa tersebut memiliki anggota, norma, pimpinan, dan
tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti suatu bentuk kelompok.
Zaman Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah memberikan motivasi kepada para ahli
untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa walaupun dengan
risiko yang besar. Namun permulaan abad ke-20, para ahli mengubah arah
penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan
terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu yang dipandang dapat
memberi dapat memberi hasil yang efektif.
Oleh karena itu, Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan
psikis antara individu dengan lingkungannya yang ditulis dalam bukunya Social
Psychology. Buku tersebut ternyata mendorong ahli lain untuk merusmuskan secara
tegas objek psikologi sosial, yang ternyata objek tersebut adalah suatu studi
yang mempelajari tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang
mengakibatkan berkumpulnya sejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak
berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial membawa pula adanya kelompok.
Zaman Dinamika Kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku
Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu itu bekerja sama dengan
individu lain, hingga timbul solidariteit di dalam kehidupannya.
Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk
memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya
diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas.
Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok –kelompok kecil seperti
keluarga, klik, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana
saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat
kohesinya, makin besar moralnya.
Dalamhal ini Moreno telah menunjukan dengan jelas adanya-kelompok yang
lebih konkret daripada ahli-ahli psikologi sosial dan Moreno menunjukkan pula
pengaruh kelompok tersebut terhadap kehidupan individu dari kelompok itu.
Kurt Lewin telah menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi
anggotanya. Jadi, jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan individu.
3.2
Proses Dinamika Kelompok
Proses dinamika
kelompok mulai dari individu
sebagai pribadi yang
masuk ke dalam
kelompok dengan latar
belakang yang berbeda-beda,
belum mengenal antar
individu yang ada
dalam kelompok. Mereka
membeku seperti es.
Individu yang bersangkutan
akan berusaha untuk
mengenal individu yang
lain. Es yang
membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut ice
breaking. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi
kelompok, yang kadang
diskusi bisa sampai
memanas, proses ini disebut
storming. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini
individu mengalami forming.
Dalam setiap
kelompok harus ada
aturan main yang
disepakati bersama oleh
semua anggota kelompok
dan pengatur perilaku
semua anggota kelompok,
proses ini disebut
norming. Berdasarkan aturan
inilah individu dan
kelompok melakukan berbagai
kegiatan, proses ini
disebut performing. Secara
singkat dinamika kelompok
dapat dilihat pada
gambar berikut :
3.3
Status Dinamika Kelompok
Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok sangat erat hubungannya
dengan psikologi sosial, hal ini berpengaruh terhadap penentuan status dinamika
kelompok. Oleh karena itu, ada di antara ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli
psikologi sosial, dan ahli-ahli lain untuk mencoba membawa dinamika kelompok ke
dalam cabang ilmu mereka masing-masing.
Cabang Sosiologi
Ahli-ahli sosiologi seperti Homans, Moreno dan Mitschell berpendapat bahwa
masalah kelompok/grup dan struktur kelompok yang menjadi objek dinamika
kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi objek sosiologi.
Moreno, misalnya brependapat bahwa di dalam suatu kelompok pasti terdapat
social distance (jarak sosial) antara anggota kelompok tersebut. Hal ini
terdapat pada arah pilihan, sikap, isolasi, dan keakraban anta masing –masing
anggota.
Sesungguhnyamasih banyak ahli psikologi, seperti Herbert Spencer dan
konsepsinya nation (bangsa), Karl Marx dengan konsepsinya class. Toynbee dengan
konsepnya civilization, Emile Durheim dengan konsepsinya group spirit, namun di
antara mereka terdapat perbedaan pandangan.
Cabang Psikologi
Robert F. Bales di dalam bukunya interaction analysis memasukkan dinamika
kelompok ke dalam cabang psikologi. Alasan yang digunakan oleh Robert F. Bales
adalah di dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu
sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada
individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.
Misalnya Bales mengemukakan bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara
berpikir individu. Ahli lain yaitu Sprott dalam bukunya Human Group mencoba
menganalisis persoalan interrelasi/hubungan yang terjadi antar anggota suatu
kelompok.
Cabang Psikologi Sosial
Para ahli psikologi sosial seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa
dinamika kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial karena
yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam
kelompok terhadap masing masing individu sebagai anggota suatu kelompok.
Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik/
saling pengaruh antar anggota di dalam kehidupan berkelompok.
Bidang Eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender,
disebutkan bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen walaupun
sifatnya cenderung mengarah kepada persoalan psikologi.
Seperti diungkapkan oleh Zender bahwa perkembangan alam demokrasi akan
lebih menjamin kepentingan hak individu sehingga semakin besar perkembangan
demokrasi makin pesat pula perkembangan individu.
Pendapat Zender ini berdasar pada suatu anggapan apabila kelompok kecil
seperti keluarga, kelas, regu kerja, serta kelompok besar seperti masyarakat,
negara, dan perusahaan apabila mengikuti alam demokrasi maka kehidupannya akan
lebih baik.
3.4
Persoalan dalam Dinamika Kelompok
Di depan telah disebutkan pengertian dinamika kelompok secara jelas yang
ditarik atas dasar berbagai pendapat para ahli, baik dari ahli psikologi, ahli
sosiologi, dan ahli psikologi sosial sehingga pengertian ini menjadi lebih
sempurna.
Dari pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan
yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat
disebutkan bahwa persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang
disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.
a. Kohesi/persatuan
Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku
anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah
pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
b. Motif/dorongan
Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota
terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama,
orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
c. Struktur
Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan,
bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan
sebagainya.
d. Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada
kehidupan kelompok, hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas
pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.
e. Perkembangan kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan
kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok,
senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan
sebagainya.
3.5
Pentingnya Mempelajari Dinamika Kelompok
Berbagai pihak telah menyadari betapa pentingnya mempelajari dinamika
kelompok karena beberapa alasan sebagai berikut.
a. Individu tidak mungkin hidup
sendiri di dalam masyarakat.
b. Individu tidak dapat pula bekerja
sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c. Dalam masyarakat yang besar,
perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Hal
ini bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d. Masyarakat yang demokratis dapat
berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
e. Semakin banyak diakui manfaat
dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok kelompok.
3.6
Pendekatan-pendekatan dalam Dinamika Kelompok
Suatu dinamika kelompok seperti disebutkan di atas, menjadi bahan
persaiangan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial,
maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai bidang eksperimen saja.
Hal ini ternyata membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada
dalam dinamika kelompok. Dalam pendekatan ini terdapat berbagai pandangan para
ahli, antara lain Bales dan Homans, Stogdill, Sigmund Freud dan Scheidlinger,
serta Yennings dan Moreno.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan diri pada konsep adanya aksi, interaksi dan
situasi yang ada dalam suatu kelompok. Selanjutnya Homans menambahkan, dengan
adanya interaksi dalam kelompok maka kelompok yang bersangkutan merupakan
sistem interdependensi, dengan sifat-sifat :
a. adanya stratifikasi kedudukan
warga;
b. adanya diferensiasi dalam
hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain;
c. adanya perkembangan pada sistem
intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor – faktor dari luar
kelompok.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk
organisasi formal. Selanjutnya Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud
kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi aktifitas kelompok yang
terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan yang
dimaksud kelompok yang terorganisisr ialah suatu kelompok yang tiap-tiap
anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk
mencapai kerja sama dalam kelompok.
Pendekatan dari Ahli Fsycho Analysis oleh Sigmund
Freud dan Scheidlinger
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional sangat
memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan betapa
kelompok akan dapat berbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar
anggota kelompok. Demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga
pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut semakin kukuh. Sementara
itu, Sigmund Freud berpendapat di dalam setiap kelompok perlu adanya
coheviseness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan
berkembang.
Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila
tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota
satu dengan anggota yang lain.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sosiometri, yang
sangat cocok diterapkan dalam kelompok. Yennings mengemukakan konsepsinya
tentang pilihan bebas, spontan dan efektif dari anggota kelompok yang satu
terhadap anggota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok.
Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan psikhe group dan socio
group sebagai berikut :
a. Psikhe group artinya suatu
kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati
anggotanya.
b. Socio group artinya suatu
kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Dalam hubungannya dengan psikhe group dan socio group, Yennings menambahkan
bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan socio group
disesuaikan dengan psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi
kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
3.7
Tujuan Dinamika Kelompok
Tujuan
adanya dinamika kelompok adalah untuk :
1. Membangkitkan kepekaan
diri seorang anggota
kelompok terhadap anggota
kelompok yang lain,
sehingga dapat menimbulkan rasa
saling menghargai;
2.
Menimbulkan rasa
solidaritas anggota sehingga
dapat saling menghormati dan saling menghargai;
3.
Menciptakan komunikasi
yang terbuka terhadap
sesama anggota kelompok;
4. Menimbulkan adanya
i’tikad yang baik
diantara sesama anggota
kelompok.
3.8
Fungsi Dinamika Kelompok
a.
Individu satu dengan yang lain
akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri
di dalam masyarakat)
b.
Dinamika kelompok memudahkan
segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu
dengan anggota yang lain)
c.
Melalui dinamika kelompok segala
pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban
pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok
pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya
masing-masing)
d.
Meningkatkan masyarakat yang
demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau
berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1
Simpulan
Pengertian
dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan
yang jelas dalam hubungan secara psikologis dan pengertian kelompok menurut Slamet
Santosa (1992:8) adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang
mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar
kesatuan persepsi.
Sedangkan
pengertian Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di
dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di
dalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan
attitude di dalam kelompok (Benyamin B.
Wolman, Dictionary of
Behavioral Science).
Pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan antara lain
sebagai berikut.
a. Individu tidak mungkin hidup sendiri
di dalam masyarakat.
b. Individu tidak dapat pula bekerja
sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c. Dalam masyarakat yang besar,
perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Hal
ini bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d. Masyarakat yang demokratis dapat
berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
e. Semakin banyak diakui manfaat
dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok kelompok.
Tujuan adanya dinamika kelompok adalah untuk :
1.
Membangkitkan kepekaan
diri seorang anggota
kelompok terhadap anggota
kelompok yang lain,
sehingga dapat menimbulkan rasa
saling menghargai;
2.
Menimbulkan rasa
solidaritas anggota sehingga
dapat saling menghormati dan saling menghargai;
3.
Menciptakan komunikasi
yang terbuka terhadap
sesama anggota kelompok;
4.
Menimbulkan adanya
i’tikad yang baik
diantara sesama anggota
kelompok.
Fungsi dinamika kelompok antara lain :
1.
Individu satu dengan yang lain
akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri
di dalam masyarakat)
2.
Dinamika kelompok memudahkan
segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu
dengan anggota yang lain)
3.
Melalui dinamika kelompok segala
pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban
pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok
pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya
masing-masing)
4.
Meningkatkan
masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan
masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
4.2
Saran
1.
Walaupun
materi tentang dinamika kelompok sering diterapkan dalam hidup keseharian namun
tidak banyak yang mengetahui pentingnya dinamika sosial dalam kehidupan
sehari-hari hingga di dunia kerja sekalipun, oleh karena itu materi ini perlu
di bahas hingga detail lagi agar kita mengetahui pokok dari dinamika itu
sendiri dan dampak yang akan kita dapatkan kedepannya.
2.
Agar
para ahli lebih banyak mengeluarkan tentang literatur baru tentang dinamika
kelompok karena dirasa sangat penting saat ini dimana polemik dalam kelompok
semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Komang, dkk. 2009. Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Imron.
(2008). Dinamika Kelompok. (Online),
(http://imron46.wordpress.com/2008/09/25/dinamika-kelompok/ diakses pada 11
Oktober 2010).
Johnson, David W & Frank P. Johnson. 2012. Dinamika
Kelompok: Teori dan Keterampilan. 9th ed. Jakarta: PT Indeks
Rusmana, Nanang. t.t. Konsep
Dasar Dinamika Kelompok. (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196005011986031-NANDANG_RUSMANA/Konsep_Dasar_Dinamika_Kelompok.pdf,
diakses 5 September 2012)
Robbin,
Stephen P. (2003).
Organizational Behavior,
Thent Edition. New Jersey :
Pearson Education, Inc.
alih bahasa: Molan,
Benyamin. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia.
Santosa, Slamet. 2009. Dinamika
Kelompok. Jakarta:Buni Aksara.
Sutarto. (2002). Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University.
Sule, Ernie Trisnawati &
Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana
Sofa. (2008). Komunikasi Interpersonal. (Online),
http://massofa.wordpress.com/2008/04/16/komunikasi-interpersonal/
diakses pada 11 Oktober 2010.
Winardi, J. 2007. Manajemen
Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana.