BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Analisis jalur pertama kali diperkenalkan oleh Sewall Wright (1921),
seorang ahli genetika, namun kemudian dipopulerkan oleh Otis Dudley Duncan
(1966), seorang ahli sosiologi. Analisis jalur bisa dikatakan sebagai pengembangan
dari konsep korelasi dan regresi, dimana korelasi dan regresi tidak
mempermasalahkan mengapa hubungan antar variabel terjadi serta apakah hubungan
antar variabel tersebut disebabkan oleh variabel itu sendiri atau mungkin
dipengaruhi oleh variabel lain.
Berbeda dengan korelasi dan regresi, analisis jalur mempelajari apakah
hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari
variabel independen terhadap variabel dependen, mempelajari ketergantungan
sejumlah variabel dalam suatu model (model kausal), dan menganalisis hubungan
antar variabel dari model kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar
pertimbangan teoritis. Melalui analisis jalur kita akan menguji seperangkat
hipotesis kausal dan menginterpretasikan hubungan tersebut (langsung atau tidak
langsung).
Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi
berganda atau dengan kata lain regresi berganda merupakan bentuk khusus dari
analisis jalur. Teknik ini juga dikenal sebagai model sebab-akibat (causing
modeling). Penamaan ini didasarkan pada alasan yang bahwa analisis jalur
memungkinkan pengguna dapat menguji proposisi teoritis mengenai hubungan sebab
dan akibat tanpa memanipulasi variabel-variabel.
Memanipulasi variabel maksudnya ialah memberikan perlakuan (treatment)
terhadap variabel-variabel tertentu dalam pengukurannya. Asumsi dasar model ini
ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu
dengan lainnya. Dalam perkembangannya saat ini analisis jalur diperluas dan diperdalam
kedalam bentuk analisis “Structural Equation Modeling” atau dikenal dengan
singkatan SEM.
Structural Equation Modelling (SEM) adalah analisis model kausal dari
variabel independent (exogenous), variabel antara (endogenous), variabel dependen (endogenous) dan semua
variabel tidak terukur. Variabel tak terukur ini disebut variabel latent yang
diukur melalui indikator-indikatornya (yang terdiri dari komponen komponen dan
setiap komponen terdiri dari butir butir). Di dalam SEM terdapat dua komponen
yaitu model struktural dan pembentukan variabel latent. Analisis model
struktural dengan analisis regresi dan pembentukan variabel latent dengan
factor analisis.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Sebutkan
model-model dalam analisis jalur dan SEM ?
2. Jelaskan
prinsip dasar dari analisis jalur dan SEM ?
3. Bagaimana
langkah-langkah dalam analisis jalur dan SEM ?
4. Apa
manfaat dari penggunaan analisis jalur ?
5. Apa
alasan penggunaan SEM ?
6. Apa
keunggulan SEM dibandingkan dengan regresi berganda ?
7. Apa
persamaan dan perbedaan antara analisis jalur dengan SEM ?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui model-model dalam analisis jalur dan SEM.
2. Untuk
mengetahui prinsip dasar dari analisis jalur dan SEM.
3. Untuk
mengetahui langkah-langkah/prosedur dalam analisis jalur dan SEM.
4. Untuk
mengetahui manfaat dari penggunaan analisis jalur.
5. Untuk
mengetahui alasan penggunaan SEM.
6. Untuk
mengetahui keunggulan SEM dibandingkan dengan regresi berganda.
7. Untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan antara analisis jalur dengan SEM.
1.4
Manfaat
Penulisan
1. Memahami
model-model dalam analisis jalur dan SEM.
2. Memahami
prinsip dasar dari analisis jalur dan SEM.
3. Memahami
langkah-langkah/prosedur dalam analisis jalur dan SEM.
4. Memahami
manfaat dari penggunaan analisis jalur.
5. Memahami
alasan penggunaan SEM.
6. Memahami
keunggulan SEM dibandingkan dengan regresi berganda.
7. Memahami
persamaan dan perbedaan antara analisis jalur dengan SEM.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Definisi
Analisis Jalur dan SEM
Definisi Analisis Jalur
Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi linier
ganda. Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal
antar variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y serta
dampaknya terhadap Z. “Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara
tidak langsung”. (Robert D. Retherford 1993).
Sedangkan definisi lain mengatakan, “Analisis jalur merupakan
pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan
estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance)
hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley
1997).
David Garson dari North Carolina State University
mendefinisikan analisis jalur sebagai “Model perluasan regresi yang digunakan
untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model
hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan
dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan
sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu
model sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan
dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan
juga penghitungan uji keselarasan statistik”. (David Garson, 2003).
Analisis jalur dikembangkan sebagai metode
untuk mempelajari pengaruh secara langsung dan secara tidak langsung dari
variable bebas terhadap variabel tergantung. Analisis ini merupakan slah satu
pilihan dalam rangka mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam model.
Analisis ini merupakan metode yang baik untuk menerangkan apabila terdapat seperangkat
data yang besar dan mencari hubungan kausal (Mueller, 1996).
Menurut Bohmstedt (dalam Kusnendi, 2005;
Somantri & Mohidin, 2006) Analisis Jalur (path analysis) adalah perluasan
dari model regresi yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari
himpunan variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
Definisi
SEM
Structural equation modeling adalah suatu teknik modeling statistik yang bersifat sangat
cross-sectional, linear dan umum. Termasuk dalam SEM ini ialah analisis faktor
(factor analysis), analisis jalur (path analysis) dan regresi (regression
).
Definisi
lain menyebutkan structural equation modeling (SEM) adalah teknik
analisis multivariat yang umum dan sangat bermanfaat yang meliputi versi-versi
khusus dalam jumlah metode analisis lainnya sebagai kasus-kasus khusus.
Definisi berikutnya mengatakan bahwa SEM merupakan teknik statistik yang digunakan
untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk
model-model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik hibrida yang meliputi
aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis
jalur dan regresi yang dapat dianggap sebagai kasus khusus dalam SEM.
Sedikit
berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya yang mengatakan structural
equation modeling berkembang dan mempunyai fungsi mirip dengan regresi
berganda, sekalipun demikian nampaknya SEM menjadi suatu teknik analisis yang
lebih kuat karena mempertimbangkan pemodelan interaksi, nonlinearitas, variabel – variabel bebas yang berkorelasi (correlated
independents), kesalahan pengukuran, gangguan kesalahan-kesalahan yang
berkorelasi (correlated error terms), beberapa variabel bebas laten (multiple
latent independents) dimana masing-masing diukur dengan menggunakan banyak
indikator, dan satu atau dua variabel tergantung laten yang juga masing-masing
diukur dengan beberapa indikator. Dengan demikian menurut definisi ini SEM
dapat digunakan alternatif lain yang lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan
regresi berganda, analisis jalur, analisis faktor, analisis time series, dan
analisis kovarian.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SEM mempunyai karakteristik yang
bersifat sebagai teknik analisis untuk lebih menegaskan (confirm) dari pada untuk menerangkan. Maksudnya, seorang peneliti
lebih cenderung menggunakan SEM untuk menentukan apakah suatu model tertentu
valid atau tidak dari pada menggunakannya untuk menemukan suatu model tertentu
cocok atau tidak, meski analisis SEM sering pula mencakup elemen-elemen yang
digunakan untuk menerangkan.
2.2
Karakteristik
Analisis Jalur dan SEM
Karakteristik Analisis
Jalur
Merujuk pendapat yang dikemukakan oleh Land, Ching, Heise, Maruyama,
Schumaker dan Lomax, Joreskog (dalam Kusnendi, 2008:147-148), karakteristik
analisis jalur adalah metode analisis data multivariat dependensi yang
digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas dasar
kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan
tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat.
Menguji hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas kajian teori
tertentu artinya yang diuji adalah model yang menjelaskan hubungan kausal
antarvariabel yang dibangun atas kajian teori teori tertentu. Hubungan kausal
tersebut secara eksplisit dirumuskan dalam bentuk hipotesis direksional, baik
positif maupun negative.
Karakteristik
SEM
1. Estimasi
atau perkiraan hubungan dependensi berganda dan saling terkait (estimation
of multiple and interrelated dependence relationships).
2. Mampu
mempresentasikan konsep yang tidak terlihat (unobserved concepts)dalam
hubungan-huungan ini dan memperhitungkan pengukuran kesalahan di dalam proses
estimasi.
2.3
Asumsi
yang Digunakan dalam Analisis Jalur dan SEM
Asumsi yang Digunakan dalam Analisis Jalur
1.
Hubungan antar variabel linier
2.
Sifat aditif
3.
Skala pengukuran minimal interval
4.
Hubungan sebab akibat (landasan
teoritis)
5.
Syarat lainnya sama dengan persyaratan
untuk multiple regresi.
Asumsi yang Digunakan
dalam SEM
1. Linearity :
keterkaitan/ hubungan antar variabel adalah linier.
2. Interval level
data disarankan jangan menggunakan variabel dummy.
3. Residual
(unmeasured) variables hanya berkorelasi dengan satu variabel dalam model yang
ada panah langsung.
4. Low
multicollinearity secara teoretis taka ada korelasi yang signifikan antar
variabel exogen.
5. No under
identification or under determination of the model is required. For
underidentified models there are too few structural equations to solve for the
unknowns. Overidentification usually provides better estimates of the
underlying true values than does just identification.
6. Adequate
sample size diperlukan agar signifikan. Kline (1998) merekomendasikan 10-20 kali
parameter yang akan di estimasikan.
2.4
Istilah
Dasar dalam Analisis Jalur dan SEM
Istilah Dasar dalam
Analisis Jalur
§
Model
jalur. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas,
perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak
panah. Anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab akibat antara
variabel-variabel exogenous atau perantara dengan satu variabel
tergantung atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan dengan semua
variabel endogenous masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan
korelasi antara pasangan variabel-variabel exogenous.
§
Jalur
penyebab untuk suatu variabel yang diberikan meliputi
pertama jalur-jalur arah dari anak-anak panah menuju ke variabel tersebut dan
kedua jalur-jalur korelasi dari semua variabel endogenous yang
dikorelasikan dengan variabel-variabel yang lain yang mempunyai anak panah-anak
panah menuju ke variabel yang sudah ada tersebut.
§
Variabel exogenous. Variabel-variabel exogenous
dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eskplisitnya
atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju kearahnya, selain pada
bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel exogenous dikorelasikan
maka korelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah dengan kepala dua yang
menghubungkan variabel variabel tersebut. Dalam istilah lain, dapat disebut
pula sebagai independen variabel.
§
Variabel endogenous.
Variabel endogenous ialah variabel yang mempunyai anak-anak panah
menuju kearah variabel tersebut. Variabel yang termasuk didalamnya ialah
mencakup semua variabel perantara dan tergantung. Variabel perantara endogenous
mempunyai anak panah yang menuju kearahnya dan dari arah variabel tersebut
dalam sutau model diagram jalur. Sedang variabel tergantung hanya mempunyai
anak panah yang menuju kearahnya. Atau dapat disebut juga sebagai
variabel dependen.
§
Koefesien
jalur / pembobotan jalur. Koefesien jalur adalah koefesien
regresi standar atau disebut ‘beta’ yang menunjukkan pengaruh langsung dari
suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model jalur
tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih
variabel-variabel penyebab, maka koefesien-koefesien jalurnya
merupakan koefesien-koefesien regresi parsial yang mengukur besarnya
pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur tertentu
yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah
distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan.
§
Variabel
Laten dapat didefinisikan sebagai variabel penyebab yang tidak dapat diobservasi
secara langsung (unobservable). Pengamatan variabel tersebut diamati melalui
variabel manifesnya. Variabel manifest adalah variabel indicator terukur yang
dapat diobservasi secara langsung untuk mengukur variabel laten.
§
Variabel-variabel exogenous yang
dikorelasikan. Jika semua variabel exogenous dikorelasikan,
maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua kepala
yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan koefesien korelasinya.
§
Istilah
gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis
disebut sebagai ‘gangguan’ atau “residue” mencerminkan adanya
varian yang tidak dapat diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang
tidak terukur ditambah dengan kesalahan pengukuran.
§
Aturan
multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua
koefesien jalurnya.
§
Decomposisi
pengaruh. Koefesien-koefesien jalur dapat digunakan untuk
mengurai korelasi-korelasi dalam suatu model kedalam pengaruh langsung dan
tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang
direfleksikan dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu. Ini
didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linear, maka pengaruh penyebab
total suatu variabel ‘i’ terhadap variabel ‘j’ adalah jumlah semua nilai jalur
dari “i” ke “j”.
§
Signifikansi
dan Model keselarasan dalam jalur. Untuk melakukan pengujian koefesien-koefesien
jalur secara individual, kita dapat menggunakan t standar atau pengujian F dari
angka-angka keluaran regresi. Sedang untuk melakukan pengujian model dengan
semua jalurnya, kita dapat menggunakan uji keselarasan dari program.
§
Anak panah
dengan satu kepala dan dua kepala. Jika ingin menggambarkan penyebab,
maka kita menggunakan anak panah dengan satu kepala. Sedang untuk menggambarkan
korelasi, kita menggunakan anak panah yang melengkung dengan dua
kepala. Ada kalanya hubungan sebab akibat menghasilkan angka negatif,
untuk menggambarkan hasil yang negatif digunakan garis putus-putus.
§
Pola
hubungan. Dalam analisi jalur tidak digunakan istilah variabel
bebas ataupun tergantung. Sebagai gantinya kita menggunakan istilah
variabel exogenous dan endogenous.
§
Model Recursive. Model
penyebab yang mempunyai satu arah. Tidak ada arah membalik (feed back loop)
dan tidak ada pengaruh sebab akibat (reciprocal). Dalam model ini satu
variabel tidak dapat berfungsi sebagai penyebab dan akibat dalam
waktu yang bersamaan.
§
Model Non-recursive.
Model
penyebab dengan disertai arah yang membalik (feed back loop) atau
adanya pengaruh sebab akibat (reciprocal).
§
Direct
Effect. Pengaruh
langsung yang dapat dilihat dari koefesien jalur dari satu variable ke variable
lainnya.
§
Indirect
Effect. Urutan
jalur melalui satu atau lebih variable perantara.
Istilah
Dasar dalam SEM
·
Dua
tahapan proses SEM : melakukan validasi model pengukuran dan menyesuaikan
dengan model struktural. Langkah pertama diselesaikan dengan melalui analisis
faktor penegasan (confirmatory factor analysis), sedang langkah kedua
diselesaikan melalui analisis jalur (path analysis) dengan
variabel-variabel laten.
·
Program-program
untuk analisis SEM : LISREL,
AMOS, dan EQS merupakan program-program perangkat lunak untuk
melakukan analisis SEM. Lisrel dan Amos diproduksi oleh SPSS.
·
Indikator merupakan
variabel-variabel yang diobservasi (observed variable), kadang disebut
sebagai variabel manifest (manifest variables) atau variabel referensi (reference
variables).
·
Variabel-variabel
laten merupakan variabel-variabel yang tidak terobservasi (unobserved
variables) atau disebut sebagai konstruk (constructs) atau faktor
(factors) yang diukur dengan menggunakan indikator-indikator masing-masing.
Variabel-variabel laten mencakup variabel bebas, perantara dan tergantung.
·
Model
pengukuran. Model pengukuran adalah bagian dari suatu model SEM
yang berhubungan dengan variabel-variabel laten dan indikator-indikatornya.
Model pengukuran murni disebut model
analisis faktor konfirmatori.
·
Model yang
tidak mempunyai efek (The null model). Model
pengukuran biasanya digunakan sebagai model yang tidak mempunyai pengaruh (null
model), perbedaan-perbedaan yang seharusnya signifikan jika model
struktural yang diusulkan harus diteliti lebih lanjut. Dalam model ini, semua
kovarian dalam matriks kovarian untuk semua variabel laten yang diasumsikan
nol.
·
Model
struktural. Model struktural dapat dikontraskan dengan model
pengukuran. Model ini adalah seperangkat variabel exogenous dan endogenous
dalam suatu model, bersamaan dengan efek langsung atau arah anak panah langsung
yang menghungkannya, dan faktor gangguan untuk semua variabel tersebut.
·
Analisis
faktor konfirmatori (Confirmatory factor analysis (CFA)) boleh
digunakan untuk menegaskan bahwa semua indikator mengelompokan sendiri kedalam
faktor-faktor yang berkaitan dengan menghubungkan indikator-indikator dengan variabel-variabel
laten. CFA mempunyai peranan penting dalam SEM. Model-model CFA dalam SEM
digunakan untuk menilai peranan kesalahan pengukuran dalam model, untuk
validasi model multifaktorial, dan untuk menentukan efek-efek kelompok pada
faktor-faktor.
·
Spesifikasi
model merupakan proses dimana peneliti meyakinkan bahwa efek-efeknya tidak ada (null),
yang sesuai dengan nilai konstan biasanya sebesar 1.0, dan kadang juga
bervariasi.
·
Metrik. Dalam SEM,
masing-masing variabel laten yang tidak terobservasi harus dikenakan secara
eksplisit suatu metrik, yang merupakan skala pengukuran. Hal ini biasanya
dilakukan dengan cara membatasi salah satu jalur dari variabel laten yang
menuju kearah salah satu dari variabel-variabel indikatornya.
·
Kesalahan
dan faktor gangguan (error and disturbance terms). Kesalahan menunjuk pada
faktor kesalahan pengukuran yang dikaitkan dengan indikator yang diberikan.
Dimana model-model regresi secara implisit diasumsikan mempunyai kesalahan
pengukuran sebesar 0. Perlu diingat bahwa faktor kesalahan pengukuran tidak
boleh disamakan dengan faktor gangguan (disturbance terms), yang merefleksikan varian yang tidak dapat
diterangkan dalam variabel – variabel laten endogenous variable disebabkan oleh
beberapa penyebab yang tidak diukur.
·
Faktor-faktor
kesalahan yang berkorelasi (correlated error terms)
mengacu pada situasi dimana pengetahuan tentang residu satu indikator akan
membantu dalam mengetahui residu yang dihubungkan dengan indikator yang lain.
·
Koefesien
struktural atau jalur merupakan besarnya efek yang dihitung dengan
menggunakan program estimasi model.
·
Muatan (Loadings) : muatan dapat digunakan untuk memahami makna dari faktor-faktor atau variabel-variabel laten.
Jumlah muatan yang dikuadratkan untuk semua indikator sama dengan korelasi
jamak yang dikuadratkan untuk variabel-variabel laten Y atau X. Muatan juga
digunakan untuk menilai reliabilitas variabel-variabel laten.
·
R kuadrat,
korelasi jamak yang dikuadratkan (R-squared, the squared multiple
correlation). Ada satu R
kuadrat atau disebut juga sebagai korelasi jamak yang dikuadratkan (squared
multiple correlation (SMC)) untuk masing-masing variabel endogenous dalam
suatu model tertentu, yaitu varian persen yang diterangkan dalam variabel
tersebut. Korelasi jamak dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Korelasi jamak yang dikuadratkan untuk variabel Y
2. Korelasi jamak yang dikuadratkan untuk variabel X
3. Korelasi jamak yang dikuadratkan untuk persamaan-persamaan struktural
·
Solusi
yang distandarisasi secara lengkap : matriks korelasi eta dan KSI (Completely
standardized solution : correlation matrix of eta and KSI). Dalam
keluaran LISREL, ini merupakan matriks korelasi variabel laten tergantung dan
bebas. Eta merupakan koefesien korelasi
nonlinear.
·
Pengujian
keselarasan (Goodness of fit tests) menentukan
jika suatu model sedang diuji harus
diterima atau ditolak. Pengujian keselarasan total ini tidak akan menetapkan
jalur-jalur khusus tersebut dalam suatu model untuk dapat menjadi signifikan.
Perlu diketahui bahwa koefesien jalur yang signifikan dalam model-model yang
tidak selaras akan tidak mempunyai arti.
·
Fungsi
kesamaan maksimal (maximum likelihood function, LL) bukan
merupakan pengujian keselarasan itu sendiri tetapi digunakan sebagai satu
komponen dari yang lainnya. Fungsi ini merefleksikan perbedaan antara matriks
kovarian dan matriks yang diprediksi dengan menggunakan model tersebut.
·
Pengukuran
keselarasan didasarkan pada teori informasi (Goodness of
fit measures based on information theory). Pengukuran
ini cocok jika peneliti membandingkan model-model yang sudah diestimasikan
dengan menggunakan estimasi kesamaan maksimal. Sebagai suatu kelompok,
perangkat pengukuran ini kurang umum dalam literatur, sekalipun demikian terus
berubah.
·
Kuantil (Quantile
or Q-Plots) menyusun residual yang distandarisasi dengan menggunakan ukuran
serta poin-poin persentase dalam distribusi sampel yang dihitung. Kemudian
residual dibagi dengan deviasi normal yang berhubungan dengan poin-poin
persentase ini yang disebut kuantil normal.
·
Ukuran
efek interaksi (Interaction effect size, IES): IES merupakan suatu pengukuran
magnitude dari efek interaksi. Dalam SEM, IES merupakan kriteria yang sama
didasarkan pada keselarasan chi-square. Perlu diingat bahwa semakin kecil nilai
chi-square, maka semakin baik kecocokan mode. IES merupakan chi-square persen
dikurangi dengan menambahkan variabel interaksi terhadap model yang dimaksud.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Model
Analisis Jalur dan SEM
Model Analisis Jalur
Ada beberapa
model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang lebih rumit,
diantaranya diterangkan di bawah ini :
1.
Tipe
Regresi Berganda
Model
pertama ini sebenarnya merupakan pengembangan regresi berganda dengan
menggunakan dua variabel exogenous,
yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenous Y.
Contoh :
Dalam kasus
pengaruh harga dan promosi terhadap penjualan, maka X1 adalah
variabel harga dan X2 adalah variabel promosi sedangkan Y adalah
variabel penjualan. Dalam terminologi analisis jalur, variabel harga dan
promosi adalah variabel exogenous dan
variabel penjualan adalah variabel endogenous.
2.
Model
Mediasi
Model kedua
adalah model mediasi atau perantara dimana variabel Y memodifikasi pengaruh
variabel X terhadap variabel Z.
Contoh :
Karena
menginginkan suatu produk laku keras, sebuah perusahaan menjual produk dengan
harga murah dengan mengabaikan kualitas produk itu sendiri. Hasilnya penjualan
produk terus menurun. Jika diterapkan dalam model kedua ini, maka variabel X
adalah produk, variabel Y adalah variabel kualitas produk dan variabel Z adalah
variabel penjualan. Variabel produk mempengaruhi variabel penjualan melalui
variabel kualitas produk.
3.
Model
Kombinasi Pertama dan Kedua
Model ketiga
ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu variabel X
berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung
mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y.
Contoh :
Kualitas
layanan yang diberikan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja pegawai yang
pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan. Dalam kasus ini
variabel X adalah kinerja pegawai, variabel Y adalah kualitas layanan dan
variabel Z adalah kepuasan pelanggan. Kinerja pegawai secara langsung
mempengaruhi kepuasan pelanggan demikian pula kinerja pegawai akan mempengaruhi
kualitas layanan yang kemudian akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
4.
Model
Kompleks
Model
keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1
secara langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2
secara tidak langsung mempengaruhi Y2, sementara itu variabel Y2
juga dipengaruhi oleh variabel Y1.
Contoh:
Contoh kasus
ini diambil dari hasil penelitian Sawyer
dkk dalam masalah psikologi. Kasusnya sebagai berikut: X1 adalah psikopatologi tahap
pertama seorang ibu yangakan menjadi penentu terhadap patologi tahap kedua ibu
yang bersangkutan dalam hal ini adalah variabel X2 ; dan mirip
dengan kejadian tersebut patologi tahap pertama anaknya atau variabel Y1
akan mempengaruhi patologi tahap kedua anak tersebut atau variabel Y2.
Selanjutnya patologi anak tahap kedua atau Y2 juga dipengaruhi oleh
patologi ibu tahap pertama, yaitu (jalur antara X1 dan Y2) dan tahap kedua, yaitu
(jalur antara X2 dan Y2
)
5.
Model Recursif dan Non Recursif
Dari sisi
pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu recursif dan non
recursif. Model recursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah. Model
tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
§
Anak panah menuju satu arah, yaitu
dari 1 ke 2, 3, dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3 menuju ke 4. Tidak ada arah yang
terbalik, misalnya dari 4 ke 1
§
Hanya terdapat satu variabel exogenous, yaitu 1 dan tiga variabel endogenous, yaitu 2,3, dan 4. Masing-masing variabel endogenous diterangkan oleh variabel 1 dan error (e2, e3 dan e4).
§
Satu variabel endogenous dapat menjadi penyebab variabel endogenous lainnya tetapi bukan ke variabel exogenous.
Model non recursif terjadi jika arah anak
panah tidak searah atau terjadi arah yang terbalik (looping), misalnya
dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab akibat (reciprocal casue).
Model SEM
Di dalam SEM dikenal dua jenis model
yaitu model struktural (structural model) dan model pengukuran (measurement
model) namun terdapat model gabungan diantara keduanya yaitu model hybrid.
a. Model
Struktural
Model
struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel-variabel
laten. Hubungan-hubungan ini umumnya linier, meskipun perluasan SEM
memungkinkan untuk mengikutsertakan hubungan non-liner. Sebuah hubungan
diantara variabel-variabel laten serupa dengan sebuah persamaan regresi linier
diantara variabel-variabel laten tersebut.
b. Model
Pengukuran
Dalam
SEM, tiap variabel laten biasanya mempunyai beberapa ukuran atau variabel
teramati atau indikator. Biasanya variabel-variabel teramati sering dihubungkan
melalui model pengukuran yang berbentuk analisis faktor. Dalam model ini setiap
variabel laten dimodelkan sebagai sebuah faktor yang mendasari
variabel-variabel teramati yang terkait. Model pengukuran yang paling umum
dalam aplikasi SEM ialah model pengukuran kon-generik (congeneric measurement
model), dimana setiap ukuran atau variabel teramati hanya berhubungan dengan
satu variabel laten.
c. Model
Hybrid (Full SEM Model)
Model
hybrid merupakan gabungan model struktural dan model pengukuran. Dalam model
hybrid, selain digambarkan hubungan-hubungan yang ada diantara variabel laten,
juga digambarkan hubungan variabel laten dengan variabel-variabel teramati
terkait.
3.2
Prinsip
Dasar Analisis Jalur dan SEM
Prinsip Dasar Analisis
Jalur
§ Adanya
linearitas (Linearity), hubungan antar variabel bersifat linear.
§ Adanya
aditivitas (Additivity), tidak ada efek-efek interaksi.
§ Data
berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala
interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval,
sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive interval (MSI)
terlebih dahulu.
§ Semua
variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu
variabel-variabel dalam model.
§ Istilah
gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak
boleh berkorelasi dengan semua variabel endogenous dalam model.
Jika dilanggar, maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk
mengestimasikan parameter-parameter jalur.
§ Sebaiknya
hanya terdapat multikoliniearitas yang rendah. Multikolinieritas maksudnya dua
atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai hubungan yang sangat tinggi.
Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan
mendapatkan standar error yang besar dari koefesien beta (b) yang
digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi
secara parsial.
§ Adanya
recursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi
pemutaran kembali (looping).
§ Spesifikasi
model benar diperlukan untuk menginterpretasi
koefesien-koefesien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi
ketika variabel penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua
koefesien jalur akan merefleksikan kovarians bersama dengan semua variabel yang
tidak diukur dan tidak akan dapat diinterpretasi secara tepat dalm kaitannya
dengan akibat langsung dan tidak langsung.
§ Terdapat
masukan korelasi yang sesuai. Artinya jika kita menggunakan matriks korelasi
sebagai masukan, maka korelasi Pearson digunakan untuk dua variabel berskala
interval; korelasi polychoric
untuk dua variabel berksala ordinal; tetrachoric untuk dua variabel dikotomi (berskala nominal);
polyserial untuk satu variabel interval dan lainnya ordinal; dan biserial untuk
satu variabel berskala interval dan lainnya nominal.
§ Terdapat
ukuran sampel yang memadai.
§ Sampel sama
dibutuhkan untuk pengitungan regresi dalam model jalur.
§ Asumsi
analisi jalur mengikuti asumsi umum regresi linear, yaitu:
a.
Model regresi harus layak. Kelayakan
ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05
b.
Predictor yang digunakan sebagai
variable bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error
of Estimate < Standard Deviation
c.
Koefesien regresi harus signifikan.
Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi signifikan jika T hitung
> T table (nilai kritis)
d.
Tidak boleh terjadi multikolinieritas,
artinya tidak boleh terjadi korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah
antar variable bebas.
e.
Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi
otokorelasi jika angka Dubin dan Watson sebesar < 1 dan > 3
Prinsip
Dasar SEM
1.
Pendekatan terintegrasi dari Confirmatory Factor Analysis dan
Path Analysis (Analisis Jalur)
2.
Pemodelan SEM merupakan suatu metode statistika yang
menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah
Confirmatory
3.3
Langkah-langkah
Analisis Jalur dan SEM
Langkah-langkah
Analisis Jalur
1.
Merancang model berdasarkan konsep
dan teori
2.
Pemeriksaan terhadap asumsi yang
melandasi
3.
Pendugaan parameter atau
perhitungan koefisien jalur
4.
Pengujian model
5.
Interpretasi model
Langkah-langkah
SEM
1.
Pengembangan model berbasis konsep dan teori, menganalisis
hubungan kausalantar variabel eksogen dan endogen, sekaligus validitasdan
reliabilitasindikator/instrumen penelitian.
2.
Mengkonstruksi diagram jalur, untuk menunjukkan alur
hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen.
3. Memilih Matriks Input. Data
input untuk SEM dapat berupa matriks korelasi atau matriks kovarians.
4. Mengkonversikan diagram jalur ke dalam model
struktural.
5. Estimasi Parameter.
6. PengujianModel :
§ Overall
Model : Goodness of fit statistics.
§ Pengujian
parameter : Lambda, Delta, Epsilon, Beta, Gamma.
7.
Interpretasi dan Modifikasi Model. Bila model sudah
baik model bisa diinterpretasikan, tetapi bila belum baik perlu dilakukan
modifikasi.
3.4
Manfaat
Analisis Jalur
1. Penjelasan fenomena yang dipelajari.
2. Prediksi nilai variabel terikat berdasarkan variabel
bebas (bersifat kualitatif).
3. Faktor determinan : Variabel bebas mana yang
berpengaruh dominan terhadap varibel terikat.
4. Pengujian Model : baik konsep yang sudah ada maupun
pengembangan konsep baru.
3.5
Alasan
Penggunaan SEM
Kline dan Klammer (2001) lebih mendorong penggunaan SEM dibandingkan
regresi berganda karena beberapa alasan yaitu :
1. SEM memeriksa hubungan di antara
variabel-variabel sebagai sebuah unit, tidak seperti pada regresi berganda yang
pendekatannya sedikit demi sedikit (piecemeal).
2. Asumsi pengukuran yang andal dan
sempurna pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan
kesalahan dapat ditangani dengan mudah oleh SEM.
3. Modification Index yang dihasilkan SEM
menyediakan lebih banyak isyarat tentang arah penelitian dan pemodelan yang
perlu ditindaklanjuti dibandingkan pada regresi.
4. Interaksi juga dapat ditangani dalam
SEM.
5. Kemampuan SEM dalam menangani non
recursive path.
Structural
Equation Modelling (SEM) sangat cocok digunakan untuk beberapa hal dibawah ini :
1. Mengkonfirmasi
unidimensionalitas dari berbagai indikator untuk sebuah
dimensi/konstrak/konsep/faktor.
2. Menguji
kesesuaian/ketepatan sebuah model berdasarkan data empiris yang diteliti.
3. Menguji
kesesuaian model sekaligus hubungan kasualitas antar faktor yang
dibangun/diamati dalam model tersebut
3.6
Keunggulan
SEM
Kenggulan-keunggulan SEM dibandingkan dengan regresi berganda
diantaranya adalah :
1.
Memungkinkan adanya asumsi-asumsi
yang lebih fleksibel.
2.
Penggunaan analisis faktor
penegasan (confirmatory factor analysis) untuk mengurangi kesalahan
pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel laten.
3.
Daya tarik interface pemodelan
grafis untuk memudahkan pengguna membaca keluaran hasil analisis.
4.
Kemungkinan adanya pengujian model
secara keseluruhan dari pada koefesien-koefesien secara sendiri-sendiri.
5.
Kemampuan untuk menguji model –
model dengan menggunakan beberapa variabel tergantung.
6.
Kemampuan untuk membuat model
terhadap variabel-variabel perantara.
7.
Kemampuan untuk membuat model
gangguan kesalahan (error term).
8.
Kemampuan untuk menguji
koefesien-koefesien diluar antara beberapa kelompok subyek.
9.
Kemampuan untuk mengatasi data yang sulit, seperti data
time series dengan kesalahan otokorelasi, data yang tidak normal, dan
data yang tidak lengkap.
3.7
Persamaan
dan Perbedaan Analisis Jalur dan SEM
Persamaan
SEM dan Analisis Jalur :
1.
Keduanya berkaitan dengan analisis
kontruksi model.
2.
Koefisien parameter model didasarkan
atas analisis data sampel.
3.
Pengujian kecocokan model dilakukan
dengan cara membandingkan matriks varian kovarian hasil dugaan dengan matriks
dan empirik (observasi).
Perbedaan SEM dan Analisis Jalur :
1.
Pada SEM dapat dilakukan dua
analisis sekaligus yaitu : analisis pengujian hubungan kausal antar variabel
laten (model struktural) dan analisis pengujian validitas dan reliabilitas yang
didasarkan atas variabel manifest (model pengukuran).
2.
SEM dapat diterapkan untuk model
rekursif ataupun resiprokal, sedangkan analisis jalur hanya dapat diterapkan
pada model kausal satu arah dan rekursif.
3.
SEM tidak terganggu dengan adanya
korelasi antar kesalahan (error), sedangkan pada analisis jalur, antara error
harus bebas (tidak saling tergantung).
4.
Hasil SEM mencakup faktor
diterminan, model struktural dan model pengukuran. Analisis jalur hanya
mencakup faktor determinan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda
dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude)
dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal
dalam seperangkat variabel. (Paul Webley 1997).
Structural
equation modeling (SEM)
adalah suatu teknik modeling statistik yang bersifat sangat cross-sectional,
linear dan umum. Termasuk dalam SEM ini ialah analisis faktor (factor
analysis), analisis jalur (path analysis) dan regresi (regression
).
Merujuk pendapat yang dikemukakan oleh Land, Ching, Heise, Maruyama,
Schumaker dan Lomax, Joreskog (dalam Kusnendi, 2008:147-148), karakteristik
analisis jalur adalah metode analisis data multivariat dependensi yang
digunakan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas dasar
kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan
tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat.
Sedangkan karakteristik structural equation modelling atau SEM antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Estimasi
atau perkiraan hubungan dependensi berganda dan saling terkait (estimation
of multiple and interrelated dependence relationships).
2. Mampu mempresentasikan konsep
yang tidak terlihat (unobserved concepts)dalam hubungan-huungan ini dan
memperhitungkan pengukuran kesalahan di dalam proses estimasi.
Langkah-langkah yang harus dipenuhi
dalam analisis jalur dan structural
equation modelling adalah :
Langkah-langkah
analisis jalur meliputi :
1.
Merancang model berdasarkan konsep
dan teori
2.
Pemeriksaan terhadap asumsi yang
melandasi
3.
Pendugaan parameter atau
perhitungan koefisien jalur
4.
Pengujian model
5.
Interpretasi model
Langkah-langkah SEM meliputi :
1.
Pengembangan model berbasis konsep dan teori, menganalisis
hubungan kausalantar variabel eksogen dan endogen, sekaligus validitasdan
reliabilitasindikator/instrumen penelitian.
2.
Mengkonstruksi diagram jalur, untuk menunjukkan alur
hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen.
3.
Memilih Matriks Input. Data input untuk SEM
dapat berupa matriks korelasi atau matriks kovarians.
4.
Mengkonversikan diagram jalur ke dalam model struktural.
5.
Estimasi Parameter.
6.
PengujianModel :
§ Overall
Model : Goodness of fit statistics.
§ Pengujian
parameter : Lambda, Delta, Epsilon, Beta, Gamma.
7.
Interpretasi dan Modifikasi Model. Bila model sudah
baik model bisa diinterpretasikan, tetapi bila belum baik perlu dilakukan
modifikasi.
Persamaan
SEM dan Analisis Jalur :
1.
Keduanya berkaitan dengan analisis
kontruksi model.
2.
Koefisien parameter model didasarkan
atas analisis data sampel.
3.
Pengujian kecocokan model dilakukan
dengan cara membandingkan matriks varian kovarian hasil dugaan dengan matriks
dan empirik (observasi).
Perbedaan SEM dan Analisis Jalur :
1.
Pada SEM dapat dilakukan dua
analisis sekaligus yaitu : analisis pengujian hubungan kausal antar variabel
laten (model struktural) dan analisis pengujian validitas dan reliabilitas yang
didasarkan atas variabel manifest (model pengukuran).
2.
SEM dapat diterapkan untuk model
rekursif ataupun resiprokal, sedangkan analisis jalur hanya dapat diterapkan
pada model kausal satu arah dan rekursif.
3.
SEM tidak terganggu dengan adanya
korelasi antar kesalahan (error), sedangkan pada analisis jalur, antara error
harus bebas (tidak saling tergantung).
4.
Hasil SEM mencakup faktor
diterminan, model struktural dan model pengukuran. Analisis jalur hanya
mencakup faktor determinan.
4.2
Saran
1. Apapun
teknik yang digunakan lebih baik mengetahui secara rinci tentang teknik yang
digunakan sehingga mengurangi kesalahan atau error yang terjadi.
2. Mengikuti
langkah atau prosedur yang sesuai dan wajib memenuhi asumsi yang di tentukan
sehingga meminimalisir asumsi-asumsi klasik dan standar error.
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modellingdalam
Penelitian Manajemen. BP UNIDP. Semarang.
Kelloway, E.K. 1998. Using LISREL for Structural Equation
Modeling. A Researcher’s Guide. SAGE Publicatioons. International
Educational and Professional Publisher. New Delhi.
Loehlin, J.C. 1987. Latent Variable Models. An
Introduction to Factor, Path, and Structural Analysis. Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers. Hillsdale, New Jersey.
Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat. Arti &
Interpretasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Sugiyono.
(2007). Statistik Untuk Penelitian. Penerbit : Alfabeta Bandung. Halaman
329-330.
Jonathan Sarwono. 2007. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis. Yogyakarta :
Andi. page : 1- 2.
Kusnendi. 2008. Model_model persamaan Struktural. Bandung : Alfabeta,
page 147-148
http://teorionline.wordpress.com
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1245/1/10207697.pdf
Mantap Tulisannya...
BalasHapusboleh, main2 ke blog saya bp-bayupradikto.blogspot.co.id
Makasih banget min... Sangat membantu skripsi sy.makasih
BalasHapusMakasih banget min... Sangat membantu skripsi sy.makasih
BalasHapusAnda Kebingungan Dan Kesulitan Menyelesaikan Skripsi, Tesis, Disertasi
BalasHapusKarena Pusing Mikirin Olah Data Analisis Statistika Dengan SPSS, AMOS
LISREL, EVIEWS, SMARTPLS, DEA
Serahkan Dan Percaya Kepada Kami.
Kami Siap Bantu Anda.
Olah Data Semarang (Timbul Widodo)
WA : +62 852-2774-6673
IG : olahdatasemarang