BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengalaman krisis demi krisis yang menimpa ekonomi dunia dalam satu abad
terakhir ini seharusnya telah menyadarkan kepada kita bahwa masalah inflasi
telah berkembang menjadi persoalan yang semakin kompleks. Diawali dengan terjadinya
malapetaka yang besar (the great depressions) pada tahun 1930-an,
kemudian disusul dengan terjadinya krisis Amerika Latin pada dekade 1980-an,
akhirnya muncul kembali pada krisis moneter di Asia pada pertengahan tahun
1997-an, adalah pengalaman ekonomi dunia dengan inflasi tingginya (hyper
inflation) yang sangat merusakkan sendi-sendi ekonomi (Triono, 2006).
Secara empirik, pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis
ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai tukar rupiah dengan
dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali. Tingkat
Inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus
13,20%. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada
hampir seluruh sektor perekonomian. Tahun 1998, seluruh sektor dalam
perekonomian (kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih) mengalami kontraksi.
Sektor konstruksi mengalami kontraksi terbesar yaitu 36,4%. Disusul kemudian
sektor keuangan sebesar 26,6% (Hatta, 2008).
Dalam rangka mengendalikan inflasi dan menjaga stabilnya nilai mata uang,
pemerintah dan otoritas moneter yang ada mengambil beberapa kebijakan baik dari
segi moneter, fiskal, maupun sektor riil. Dari segi moneter, bank sentral akan
menaikkan suku bunga dan pengetatan likuiditas perbankan, mengkaji efektivitas
instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan moneter, menentukan sasaran
akhir kebijakan moneter, mengidentifikasi variabel yang menyebabkan
tekanan-tekanan inflasi dan memformulasikan respon kebijakan moneter.
Namun, dari paparan di atas, hakikatnya otoritas moneter hanya sebatas
menyentuh permasalahan teknis atau gejala (symptom) semata. Sebaliknya,
perpaduan kebijakan yang digunakan menimbulkan krisis bertambah parah. Solusi
yang ditawarkan oleh para ahli dalam memecahkan permasalahan inflasi dan
pengangguran secara bersamaan justru menyebabkan efek samping yang lebih buruk
dari penyakitnya itu sendiri. Ini terjadi dikarenakan “obat” yang diberikan
hanya sebatas menghilangkan penyakit bagian permukaan saja, sementara penyakit
bagian dalamnya masih belum disembuhkan.
Penyakit bagian dalam yang belum tersentuh oleh perpaduan kebijakan di atas
adalah terkait dengan hakikat mata uang itu sendiri dan sistem yang
melingkupinya serta penyalahgunaan dari fungsi dasar uang sebagai alat tukar
yang bertambah menjadi tidak hanya sebatas sebagai alat tukar, melainkan juga
menjadi sebuah barang (komoditas) yang turut diperdagangkan dengan imbalan
bunga (interest).
Menurut Chapra (2000), jika kita hendak melakukan pengobatan, maka tidak
akan ada pengobatan yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus utama
masalah. Contoh penyelesaian masalah yang hanya sampai kepada gejala adalah :
penyelesaian krisis ekonomi dengan hanya melihat ketidakseimbangan anggaran,
ekspansi moneter yang berlebihan, defisit neraca pembayaran yang terlalu besar,
naiknya kecendrungan proteksionis, tidak memadainya bantuan asing dan kerja
sama internasional yang tidak mencukupi dan sebagainya. Akibatnya,
penyembuhannya hanya bersifat sementara, seperti obat - obatan analgesik,
mengurangi rasa sakit hanya bersifat sementara. Beberapa saat kemudian, krisis
muncul kembali, bahkan lebih parah, mendalam dan serius.
Lebih khusus di Indonesia, tren inflasi memperlihatkan keadaan yang cukup
labil bahkan - pada satu keadaan - mencapai titik yang amat tinggi
(hiperinflasi). Misalnya pada saat menjelang jatuhnya Orde Lama yang mencapai
ratusan persen, atau fenomena “Krisis Moneter 1997”. Hal ini membuktikan bahwa
pemerintah dengan Bank Indonesia sebagai kekuatan pemegang kendali moneternya,
cukup kerepotan mengatasi masalah yang satu ini. Maka tidak sepenuhnya salah
jika kita mengatakan bahwa inflasi adalah sebuah penyakit ekonomi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah Inflasi menurut Perspektif Islam ?
2.
Jelaskan
pengertian Inflasi menurut Perspektif Islam ?
3.
Apakah
penyebab Inflasi menurut Perspektif Islam ?
4.
Sebutkan
jenis-jenis Inflasi menurut Perspektif Islam ?
5.
Apa dampak
dari terjadinya Inflasi menurut Perspektif Islam ?
6.
Bagaimana
solusi menyelesaikan Inflasi menurut Perspektif Islam ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui sejarah Inflasi menurut Perspektif Islam.
2.
Untuk
mengetahui pengertian Inflasi menurut Perspektif Islam.
3.
Untuk
mengetahui penyebab Inflasi menurut Perspektif Islam.
4.
Untuk
mengetahui jenis-jenis Inflasi menurut Perspektif Islam.
5.
Untuk
mengetahui dampak dari Inflasi menurut Perspektif Islam.
6.
Untuk
mengetahui solusi penyelesaian Inflasi menurut Perspektif Islam.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Memahami
dengan jelas tentang sejarah Inflasi menurut Perspektif Islam.
2.
Memahami
dengan jelas tentang pengertian Inflasi menurut Perspektif Islam.
3.
Memahami
dengan jelas tentang sebab-sebab Inflasi menurut Perspektif Islam.
4.
Memahami
dengan jelas tentang jenis-jenis Inflasi menurut Perspektif Islam.
5.
Memahami
dengan jelas tentang dampak dari Inflasi menurut Perspektif Islam.
6.
Memahami
dengan jelas tentang solusi penyelesaian Inflasi menurut Perspektif Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Inflasi menurut Perspektif Islam
Sejarah inflasi terjadi pertama sekali seiring dengan kerajaan Byzantium yang
berusaha mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak
mungkin ke Negara- Negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-
banyaknya. Tetapi apa yang kemudian terjadi? Akhirnya orang- orang harus makan,
membeli pakaian, mengerluarkan biaya untuk transportasi, serta juga menikmati
sehingga mereka akan membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi
sehingga malah menaikkan tingkat harga komoditasnya sendiri. Spanyol setelah
era ‘Conquistadores’ juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan
Inggris setelah perang dengan Napoleon (Napoleon War). Pada masa
kini, terutama setelah era kapitalis dimulai, masalah yang sama tetap menjadi
perdebatan para ekonom dan otoritas keuangan.
Apakah itu Dinar di negara- negara Arab ataupun mata uang negara- negara
Eropa seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Swedia, dan Rusia bahkan juga
Amerika, semuanya juga mengalami inflasi. Awal inflasi mata uang Dinar ini dimulai
saat Irak berada dipuncak kejayaannya.
Revolusi Harga di Eropa terjadi sepanjang beberapa abad, pola kenaikan
tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar tahun 1470.
kemudian, seperti penyakit menular, inflasi menyerang Eropa dimulai dari
Inggris dan Perancis pada tahun 1480-an, meluas ke
semenanjung Iberia lalu ke Eropa Timur pada tahun
1500-an. Kenaikan harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama
makanan. Di Inggris harga kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat 5 sampai 7
kali lipat dari tahun 1480-1650, sementara manufaktur harganya meningkat 3 kali
lipat. Kenaikan 700% selama 170 tahun itu jika dihitung secara compoundhanya
sebesar 1,2% pertahunnya,tetapi disisi lain gaji hanya meningkat kurang dari ½-nya,
sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan inflasi. Daya
beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat
mencemaskan.
Semua kejadian di atas adalah akibat gabungan dari penurunan produksi
pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi, manipulasi pasar, high labour
cost, pengangguran, kemewahan yang berlebihandan sebab-sebab lainnya, seperti
perang yang berkepanjangan, embargo dan pemogokan kerja.
Adapun Negara Eropa yang dapat dianggap bertahan dengan sukses menghadapi
inflasi adalah Inggris. Akan tetapi, hal itu terjadi pada masa-masa
perekonomiannya dianggap terbelakang dibandingkan dengan negara-negara di Eropa
yang lainnya. Paham financial rectitude walupun banyak
dikagumi, tidak pernah menjadi jalan untuk mencapai kemakmuran. Setelah
pertumbuhan pesat uang (pendanaan kredit) dan simpanan bank akibat pembiayaan
perang dengan Napoleon dan kemudian untuk pembiayaan Perang Dunia I, Inggris
terpaksa menghentikan Konvertibilitas antara sterling dengan emas serta juga
obsesinya teerhadap penciptaan “superior –quality money” karena
terjadi deflasi yang drastic yang diikuti gangguan social yang sangat seris.
Keputusan untuk kembali ke standar emas pada tahun 1925, yang mendahului
beberapa kebijakan yang mencekik perekonomian, akhirnya diakhiri pada tahun
1931.
Selain Inggris Prancis juga mengalami permasalahan antara emas - nilai mata
uang - inflasi. Michel chevalier (seorang ekonom Prancis abad 19) dalam
karangannya bahwa pertambahan penawaran emas akibat ditemukannya tambang-
tambang emas baru di California, Australia, dan Afrika selatan akan
mengakibatkan turunnya harga emas relatif dibandingkan perak yang kemudian akan
membawa pada turunnya nilai riil emas (inflasi) atau naiknya tingkat harga
seluruh barang kecuali emas. Diketahui bahwa ada hubungan yang besar antara
kenaikan produksi emas dengan kenaikan tingkat inflasi di Perancis tahun 1870.
adam smith juga mengungkapkan pendapat yang sama tentang hal ini yang
memperkuat penelitian Jean Bodin pada tahun 1568 yang meneliti bahwa
meningkatnya harga emas dan perak berhubungan erat dengan meningkatnya tingkat
harga- harga secara umum.
Namun pada umumnya dari studi diatas menunjukkan bahwa penyebab inflasi
di Indonesia ada dua macam : yaitu inflasi yang diimpor dan defisit
dalam Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN). Penyebab inflasi lainnya
menurut Sadono Sukirno adalah kenaikan harga-harga yang diimpor, penambahan
penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan
penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat
pemerintahan yang kurang bertanggung jawab
2.2 Pengertian
Inflasi menurut Perspektif Islam
Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena
terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas.
Campbell R. McConnell dan Stanley L. Brue mengemukakan inflasi adalah a rise in the general level of prices ,
berarti inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang / komoditas
dan jasa selama periode waktu tertentu. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan
bukan terjadi sesaat, misalnya harga barang-barang naik menjelang lebaran atau
hari libur lainnya. Karena ketika lebaran usai harga barang kembali ke konsidi
semula maka harga seperti itu tidak dianggap sebagai inflasi. Inflasi juga berkaitan
dengan kenaikan harga secara umum, artinya kenaikan harga satu jenis barang
maupun jasa juga tidak termasuk termasuk inflasi , misalnya pada musim lebaran
harga tiket pesawat naik.
Taqyuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441)
menyatakan seperti yang dikutip Euis Amalia dalam bukunya Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer, bahwa inflasi terjadi ketika
harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara terus
menerus. Pada saat itu persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan,
sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang
dan jasa yang sama.
2.3 Penyebab
Inflasi menurut Perspektif Islam
Moris Elih mengemukakan seperti yang dikutip
Ahmad Hasan dalam bukunya al-Auraq al-Naqdiyah fi al-Iqtishad al-Islamy
Qimatuha wa Ahkamuha, problem terbesar yang dihadapi oleh perekonomian yang
tidak terselesaikan sampai sekarang adalah pergolakan perekonomian dan
perubahan-perubahan nilai harga mata uang.
Dalam sejarah moneter, awal munculnya inflasi
adalah mulai diberlakukannya dan beredarnya mata uang dinar dan dirham campuran
(tidak murni) serta fulus sebagai mata uang pokok. Kemudian dimasa sekarang
fenomena inflasi semakin bertambah dengan diterapkannya mata uang kertas.
Sebetulnya hal ini telah diperingatkan oleh ulama seperti Imam Syafi’i yang
melarang pemerintah mencetak dirham yang tidak murni karena akan merusak nilai
mata uang, menyebabkan naiknya harga dan hal itu merugikan orang banyak serta
menimbulkan kerusakan-kerusakan.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) pada masa Daulah Bani
Mamluk juga telah memperingatkan keadaan ini, ia menyatakan bahwa uang yang
berkualitas buruk akan menyingkarkan mata uang berkualitas baik dari peredaran.
Apabila fulus dibiarkan beredar sebagai alat tukar maka niscaya dinar dan
dirham akan menghilang dari peredaran. Inflasi bisa terjadi disebabkan oleh faktor
- faktor non meneter seperti bencana alam, banjir yang mengakibatkan terjadinya
penurunan produksi bahan kebutuhan pokok mapun rusaknya infrastruktur jalan dan
sebagainya sehinga berakibat pada terhambatnya distribusi bahan kebutuhan ke
beberapa daerah. Inflasi juga bisa disebabkan oleh factor non moneter lainnya
seperti lambannya respon pemerintah mengantisipasi terjadinya inflasi.
Seperti yang dikemukakan Ryan Kiryanto, ekonom
senior BNI pada Diskusi yang bertajuk “Peranan Bank Sentral dalam Kebijakan
Stabilitas Moneter” di Jakarta tanggal 13 Maret 2007, proses politik Indonesia
yang rumit, lambatnya keputusan impor beras karena belum disetujui DPR,
mendorong terjadinya inflasi bulan Januari 2007 yang tercata sebesar 1,77% yang
diakibatkan oleh kenaikan harga beras.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut
ekonomi Islam seperti yang dikemukakan al-Maqrizi adalah:
1. Natural Inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, manusia tidak
punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh
turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau naiknya permintaan agregatif (AD↑).
Ketika bencana alam terjadi berbagai bahan makanan, dan hasil bumi lainnya
mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut
mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena barang-barang
itu sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang mengalami
peningkatan. Harga-harga melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat.
Akibatnya kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan berhenti sama
sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit,
kematian. Keadaan ini memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar
memperhatikan mereka. Untuk menanggulangi bencana ini, pemerintah mengelurakan
dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang secara
drastic atau deficit anggaran.
Jika memakai persaman MV = PQ Di mana :
M = jumlah uang beredar
Jika memakai persaman MV = PQ Di mana :
M = jumlah uang beredar
V =
kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
Q =
jumlah barang dan jasa
Maka natural inflasi dapat diartikan sebagai: Pertama, Gangguan terhadap
jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (Q). Jika jumlah
barang dan jasa yang diproduksi menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang beredar (M)
dan kecepatan peredaran uang (V) tetap maka konsekwensinya tingkat harga
naik(P↑). Kedua, Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai
ekspor lebih besar dari nilai import, sehingga secara netto terjadi impor uang
yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓), jika kecepatan peredaran
uang (V) dan jumlah barang dan jasa(T) tetap maka terjadi kenaikan harga (P↑).
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua
yaitu: pertama, Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekxpor
meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net export nilainya sangat
besar yang mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah
terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir yang menjual
barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor) lebih
sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export).
Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa
kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan
naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini Umar
melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2
hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓),
dan tingkat harga kembali normal. Kedua, Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena
terjadinya paceklik, perang ataupun embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah
terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang
berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).
2. Human Error Inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Inflasi yang
disebabkan oleh human error inflation terjadi karena :
a.
Corruption and bad administration (korupsi dan buruknya administrasi).
Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap,
nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada
berbagai jabatan penting dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas.
Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik
untuk meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa,
para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih
kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finasial pribadi atau
keluarga atau demi kemewahan hidup.
Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap
penerimaan dan pendapatan Negara. Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para
produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman
yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi
(cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi
ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini
menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam
proses produksi.
Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang
seharusnya tidak ada sehingga lebih lanjut mengakibatkan sekonomi biaya tinggi
(high cost economy) pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya
yang tentu akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Keadaan seperti inilah yang sebetulnya membuat perkonomian Indoensia semakin terpuruk. Virus Korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke tingkat lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan inipun sampai ketingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang dipungut preman jelas merugikan masyarakat.
Keadaan seperti inilah yang sebetulnya membuat perkonomian Indoensia semakin terpuruk. Virus Korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke tingkat lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan inipun sampai ketingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang dipungut preman jelas merugikan masyarakat.
b. Excessive tax (pajak yang tinggi)
Akibat dari banyaknya pejabat pemerintahan yang
bermental korup, pengeluaran negara mengalami peningkatan yang sangat drastis,
sebagai kompensasi mereka menerapkan system perpajakan tinggi dan menerapakan
berbagai jenis pajak. Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada
perekonomian hampir sama dengan dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan
buruknya administrasi yakni efisensi loss atau dead weigh loss. Konsekwensinya
biaya-biaya produksi meningkat, dan akan berimplikasi pada kenaikan harga
barang produksi.
c. Excessive sieignore (percetakan uang berlebihan)
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar ), harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertaransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di Negara-negara industry pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut :
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar ), harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertaransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di Negara-negara industry pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut :
1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi
kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa.
Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para
konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya para
pengusaha akan menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang
bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi.
2. Kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan
harga-harga. Kedua, Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut
kenaikan upah. Apabila para pengusaha menghadapi kesukaran dalam mencari
tambahan tenaga kerja untuk meningkatkan produksinya, pekerja-pekerja yang ada
akan terdorong untuk meminta kenaikan upah. Apabila kenaikan upah berlaku
secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan
jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang mereka.
Di dalam perekonomian yang sudah maju, masalah
inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Di
samping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari :
1. Kenaikan harga barang impor
2. Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa
diikuti oleh penambahan produksi dan penawaran barang
3. Kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat
pemerintahan yang kurang bertanggungjawab.
4. Selain karena peningkatan uang beredar,
peningkatan permintaan juga disebabkan oleh expected inflation. Bila masyarakat
meyakini bahwa inflasi di tahun ini akan tinggi, masyarakat cenderung
membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang, terutama
barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dari inflasi misalnya emas dan
property. Akibatnya, inflasi jadi melambung.
Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan bertambahnya uang yang beredar yang melebihi pendapatan yang bersangkutan yang mendorong terjadinya inflasi.
Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan bertambahnya uang yang beredar yang melebihi pendapatan yang bersangkutan yang mendorong terjadinya inflasi.
2.4 Jenis-jenis
Inflasi menurut Perspektif Islam
Inflasi dalam ilmu ekonomi konvensional dapat
digolongkan dengan beberapa cara:
1. Inflasi dapat digolongkan menurut besarnya, yaitu
:
a.
Inflasi ringan atau low inflation, yang disebut juga dengan inflasi satu
dijit (single digit inflation) yaitu inflasi di bawah 10 % per tahun. Inflasi
ini masih dianggap normal. Dalam rentang inflasi ini orang masih percaya pada
uang dan masih mau memegang uang.
b.
Inflasi sedang atau galloping inflation atau double digit bahkan triple
digit inflation yakni inflasi antara 20 % sampai 200 % pertahun. Inflasi
seperti ini terjadi karena pemerintah lemah, perang, revolusi dan kejadian lain
yang menyebabkan barang tidak tersedia sementara uang berlimpah, sehingga orang
tidak percaya pada uang. Pada saat seperti ini orang hanya mau memegang uang
seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentu asset-aset rill. Orang
akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami
penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari
tingkat bunga serta orang tidak akan mau memberikan pinjaman kecuali dengan
tingkat bunga yang tinggi.
c.
Hyperinflation yaitu inflasi di atas 200% per tahun. Dalam keadaan
seperti ini, orang tidak percaya pada uang. Lebih baik membelanjakan uang dan
menyimpan dalam bentuk barang seperti emas, tanah, bangunan, karena
barang-barang jenis ini kenaikan harganya setara dengan inflasi. Inflasi yang
sangat berbahaya ini muncul sebagai akibat dari : pertama, Munculnya kehancuran
social dan runtuhnya aktivitas perekonomian, kedua, Ketidakmampuan pemerintah
untuk mengamankan situasi serta kehilangan kekuasaan terhadap rakyat, ketiga,
Terjadinya perang yang menghancurkan, seperti yang terjadi terhadap mata uang
Irak setelah perekonomian negara tersebut dibeikot dan diserang Amarika dan
sekutunya.
2. Berdasarkan sumber inflasi, inflasi terbagi
kepada :
a.
Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation) , yaitu
Kenaikan harga-harga karena tingginya permintaan, sementara barang-barang tidak
tersedia sehinga harga naik.
b.
Inflasi karena dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi
karena biaya atau harga factor produksi seperti upah buruh meningkat sehingga
produsen harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa
berlangsung terus.
3. Berdasarkan asal inlasi, inflasi dapat
dikategorikan kepada:
a.
Domestik inflation yaitu inflasi yang bersumber dari dalam negeri.
Misalnya permintaan meningkat untuk barang tertentu, maka terjadi demand pull
inflation yang berasal dari dalam negeri. Atau terjadi kenaikan harga factor
produksi yang diimpor maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar
negeri atau import cost push inflation.
b.
Foreign atau imported inflation, yaitu inflasi yang bersumber dari luar
negeri. Misalnya terjadi lonjakan permintaan ekspor secara terus menerus, maka
terjadi demand pull inflation yang berasal dari luar negeri. Atau terjadi
kenaikan harga factor produksi yang diimpor maka terjadi cost push inflation
yang bersumber dari luar negeri atau imported cosh push inflation.
4. Berdasarkan harapan masyarakat, inflasi dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu :
a.
Expected inflation yaitu besar inflasi yang diharapkan atau diperkirakan
akan terjadi. Misalnya bila inflasi dari tahun 2001 sampai tahun 2006 konstan 6
%, kemudian besarnya inflasi yang dihargetkan tahun 2007 6,5 %.
b.
Unexpected inflation yaitu inflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi.
Misalnya diperkirakan inflasi tahun 2007 sebesar 6,5 %, kemungkinan besar
inflasi tahun 2007 menyimpang dari 6,5 % menjadi 6,8%. Penyimpangan tersebut
merupakan unexpected inflation.
2.5 Dampak
Inflasi menurut Perspektif Islam
Inflasi umumnya
memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi
sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek
ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa
inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan
salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari
inflasi adalah sebagai berikut :
Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa
membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush
akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya
dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi
dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya
relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.
Dampak positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
2.6 Solusi
penyelesaikan Inflasi menurut Perspektif Islam
Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan
dihentikan, namun laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya
pula solusi menekan laju inflasi seperti yang telah dikemukan oleh tokoh-tokoh
ekonomi Islam klasik. Misalnya al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah
mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam ini al-Ghazali
membolehkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam mulia seperti dinar
dan dirham, tetapi dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai
tukarnya dan pemerintah memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan
uang.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi
terhadap inflasi ini. Ia sangat menentang keras terhadap terjadinya penurunan
nilai mata uang dan percetakan uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah
seharusnya mencetak uang harus sesui dengan nilai yang adil atas transaksi
masyarakat, tidak memunculkan kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu
Taimiyah menekankan bahwa percetakan uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada
sector riil. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan
untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai
intrinsic mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata
uang dengan nilai nominal yang lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan
menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan memunculkan inflasi. Ini
berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsic uang menjadi salah satu
terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan perdagangan mata uang
di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap masyarakat dan
bertentangan dengan kepentingan umum.
Husain Shahathah menawarkan beberpa solusi untuk
mengatasi inflasi adalah; 1) Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang
dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi. 2)
Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak
bermanfaat. 3) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk
menginvestasikannya. 4) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada
masyarakat secara materil dan moral. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok
merupakan yang krusial untuk bias mengendalikan inflasi.
Dalam perekonomian sekarang Bank sentral
mempunyai peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Selain itu bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar
uang mata uang domestic. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan
oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yaitu :
1.
Kebijakan fiskal.
Kebijakan ini dilaksanakan dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah,
langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam
perekonomian.
- Kebijakan moneter. Yaitu peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Dalam inflasi, bank sentral dapat melakukan operasi pasar terbuka, menarik uang dari system perbankan, menaikan persyaratan minimum, atau menaikan tingkat diskonto sehingga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari
barang/ komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Pada initinya muncul
sebagai akibat diberlakukannaya mata uang yang nilai intrinsiknya lebih rendah
dari nilai nominalnya. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah Natural
inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, yang
diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif dan naiknya permintaan agregatif.
Dan Human error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia.
Seperti korupsi dan buruknya administrasi, pajak yang tinggi, dan percetakan
uang berlebihan. Untuk mengatasi inflasi maka pemerintah harus menjaga
kestabilan nilai uang dengan melakukan kebijakan moneter berupa menjaga
keseimbangan antara percetakan uang dengan trasnsaksi pada sector riil.
Selain itu inflasi juga memberikan dampak-dampak
bagi masyarakat dan negara, adapun dampak-dampaknya antara lain adalah :
Dampak Negatif
1.
Bila harga secara umum
naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak
berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2.
Sebagai akibat dari
kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank
kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3.
Produsen cenderung
memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara
mempermainkan harga di pasaran.
4.
Distribusi barang
relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah
yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki
banyak uang.
5.
Bila inflasi
berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6.
Jurang antara kemiskinan
dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan
kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
Dampak positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
Berbagai macam solusi ditawarkan untuk menyelesaikannya, dan Kebijakan-kebijakan
yang digunakan untuk mengatasi masalah inflasi yaitu :
1.
Kebijakan fiskal.
Kebijakan ini dilaksanakan dalam bentuk mengurangi pengeluaran pemerintah,
langkah ini menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam
perekonomian.
2.
Kebijakan moneter. Yaitu
peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas moneter untuk
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Dalam inflasi, bank sentral dapat
melakukan operasi pasar terbuka, menarik uang dari system perbankan, menaikan
persyaratan minimum, atau menaikan tingkat diskonto sehingga akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
3.2 Saran
1.
Agar
pemerintah lebih waspada dan lebih menguasai keadaan pasar sehingga inflasi
dapat diminimalisir hingga sekecil mungkin.
2.
Agar
pemerintah lebih bijaksana untuk membuat APBN/APBD yang buktinya ikut andil
dalam penyebab terjadinya inflasi di Indonesia.
3.
Agar
masyarakat belajar tentang hal ekonomi sehingg jika adanya inflasi, masyarakat
dapat menghadapinya tampa ada demo-demo yang berhubungan dengan bahan-bahan
pokok dan BBM.
4.
Agar
masyarakat dan pemerintah berjalan selaras dan belajar dari kejadian di masa
lalu agar tidak terulang kembali, terutma dalam hal kekacauan akibat inflasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Huda, Nurul. Ekonomi
Makro Islam; pendekatan teoritis. Jakarta: Kencana Prenada, 2008.
Putong, Iskandar,
Ekonomics: pengantar mikro dan mikro , Jakarta: mitra wacana
media, 2008
Raharja, pratama dan
mandala, manurung. Teori ekenomi makro suatu pengantar. Jakarta:
lembaga penerbit FE UI, 2008.
Amalia,
Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
(Jakarta: Pustaka Asatrus, 2005
Brue,
Campbell R. McConnell dan Stanley L., Economic, Principles, and Policiess,
McGraw-Hill Companies, 2002
Chapra,
M. Umer, Toward A Just Monetary System, Terjemah , Ikhwan Abidin Basri, Sistem
Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1985
Colander,
David C., Economics, McGraw-Hill Companies, 2004
Djohanputro,
Bramantyo, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Jakarta: PPM, 2006
Grey,
Arthur, Economic Issues and Policies, Boston, Hougthon Mifflin Company, t.th
Hasan,
Ahmad, Al-Auraq al-Naqdiyah fi al-Iqtidhad al-Islamy Qimatuha wa Ahkamuha,
terj. Saifurrahman Barito dan Zulfikar Ali, Mata uang Islami Tela’ah
Komperhensif system Keuangan Islami, Jakarta: T Raja Grafindo Persada, 2004
Islahi,
Abdul Azim, Economic Consepts Of Ibn Taimiyah, London, The Islamic Fondation,
1988
Karim,
Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004
Karim,
Adiwarman Azwar, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
Lipsey,
Ricard G., Economic, t.r, 1963
Nasution,
Mustafa Edwin, dkk., Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006
Schiller,
Bidley R., The Economy Today, McGraw-Hill Companies, 2003
Sukirno,
Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar