BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seiring
perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang
memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang
kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan
tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan
sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Sejarah timbulnya kepemimpinan yaitu sejak zaman nenek
moyang dahulu kala. Kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama
dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial
masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan
hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat
dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai terbentik
unsur-unsur kepemimpinan.
Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok
tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan
yang disepakati secara bersama-sama seperti seorang pemimpin harus lahir dari
keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan
lain-lain. Hingga saat ini seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang
tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan muncul diantara
orang-orang, melibatkan kegunaan, pengaruh, dan digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan. Pengaruh berarti hubungan diantara orang-orang yang tidak pasif.
Selain itu, pengaruh didesain untuk mencapai beberapa hasil akhir dan tujuan.
Oleh karena itu kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang-orang untuk
mencapai tujuan organisasional. Dalam kenyataannya kepemimpinan
dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja
dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan
peranan keritis dalam membuntuk kelompok, organisasi, atau masyarakat untuk
mencapai tujuan mereka.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
teori kepemimpinan itu dan teori apa saja yang melandasinya ?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin ?
3. Sebutkan
dan jelaskan tentang tipologi kepemimpinan ?
4. Apa
tugas dan peran seorang pemimpin ?
5. Bagaimana
perilaku pemimpin yang seharusnya ?
6. Apa
pendekatan yang mendasari perilaku pemimpin ?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui teori kepemimpinan dan teori-teori yang melandasinya.
2. Untuk
mengetahui gaya kepemimpinan yang digunakan atau dimiliki oleh seorang pemimpin.
3. Untuk
mengetahui tipe-tpe seorang pemimpin.
4. Untuk
mengetahui tugas dan peran dari seorang pemimpin.
5. Untuk
mengetahui bagaimana perilaku pemimpin yang seharusnya.
6. Untuk
mengetahui pendekatan yang mendasari perilaku seorang pemimpin.
1.4
Manfaat
Penulisa
1. Mamahami
teori kepemimpinan dan teori-teori yang melandasinya.
2. Mamahami
gaya kepemimpinan yang digunakan atau dimiliki oleh seorang pemimpin.
3. Mamahami
tipe-tpe seorang pemimpin.
4. Mamahami
tugas dan peran dari seorang pemimpin.
5. Mamahami
bagaimana perilaku pemimpin yang seharusnya.
6. Mamahami
pendekatan yang mendasari perilaku seorang pemimpin.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pemimpin
dan Kepemimpinan
Pemimpin
Menurut
Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255), Pemimpin adalah
seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk
alasannya.
Definisi
lain mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan
(Kartini Kartono, 1994 : 33).
Dalam mendeteksi siapakah pemimpin itu, ada 2 kriteria menurut Soejono
Trimo, 1986 yaitu :
1.
Jumlah pengaruh seseorang atas
anggota dan kelompoknya,
2.
Sikap para anggota kelompok
terhadap sesamanya.
Ada beberapa sebab yang dapat menimbulkan tampilnya seseorang atau
beberapa orang pemimpin dalam suatu kelompok :
1.
Pertumbuhan dan kekomplekan
kelompok itu
2.
Bila kelompok menghadapi krisis
3.
Bila kelompok dalam keadaan tidak
stabil
4.
Bila pemimpin lama gagal
menjalankan fungsinya
5.
Timbulnya kebutuhan-kebutuhan
pribadi dan anggota kelompok
Seorang pemimpin ataupun eksekutif seyogianya memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar meliputi :
1.
Teknis : paham dan kompeten dalam
kegiatan atau area tertentu yang menyangkut prosedur, teknik dan prosedur
pengelolaannya.
2.
Menguasai humor skills : mampu
bekerjasama dengan orang lain sebagai bagian dari kelompoknya.
3.
Keterampilan konseptual : sebagai
organisasi sebagai suatu sistem dalam berbagai fungsi organisasi saling
tergantung.
4.
Komunikatif : terampil
berkomunikasi dengan orang lain.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Definisi
Kepemimpinan menurut Tead, Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan
pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Kepemimpinan
menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi
sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivias dalam rangka mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerjasama mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan
bersama. (Susilo Martoyo, 1990).
Dalam organisasi atau perusahaan yang besar, kepemimpinan terbagi dalam
3 strata utama yiatu :
1.
Top Management : yang tekanan
tugasnya pada pelaksanaan administrasi dalam menyusun rencana, policy dan
laporan terdiri daripada direksi.
2.
Middle Management : eksekutif
pelaksanaan rencana dan policy organisasi terdiri dari para kepala bagian.
3.
Operating Management : eksekutif
di lapangan yang terdiri dari kepala-kepala unit pelaksana, para pengawas di
lapangan.
Dalam organisasi formal, kekuasaan dan tanggung jawab menejerial dapat
dibagi dalam 2 komponen (areas) yang besar, yakni :
1.
Administrasi
2.
Pelaksana (execution)
2.2
Ciri-ciri
Pemimpin
Menurut Sondang P. Siagian, pemimpin dan kepemimpinan mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Pendidik umum yang luas. Seorang
pemimpin adalah seorang generalis yang baik sehingga mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan managerial skill yang dituntut oleh tugasnya.
2.
Kemampuan berkembang secara
mental. Seperti halnya dengan seseorang, termasuk pemimpin harus tumbuh secara
mental sehingga terhindar dari proses stagnasi dalam kehidupan kepemimpinan.
3.
Ingin tahu. Yang tetap dalam dunia
adalah perubahan. Kesadaran akan perubahan tersebut akan menghantarkan seorang
pemimpin menjadi kreatif dan inovatif.
4.
Kemampuan analitis. Syarat sukses
seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam menganalisis situasi yang dihadapi
dengan cermat, mantap dan matang.
5.
Memiliki daya ingat yang kuat.
Kekuatan daya ingat yang mantap akan mampu menghantarkan pemimpin tersebut
menjadi cermat dalam memproses dan menjaring informasi yang relevan.
6.
Kapabelitas integratif. Dengan
kapabelitas integratif yakni kemampuan yang mencakup berbagai aspek sangat
membantu pemimpin tersebut untuk menggerakkan roda administrasi organisasi.
7.
Keterampilan berkomunikasi.
Efektivitas seorang pemimpin adalah sangat ditentukan oleh keterampilannya
dalam berkomunikasi.
8.
Keterampilan mendidik. Pemimpin
juga seorang pendidik ketika bawahan menghadapi kesulitan bertugas, ia
cenderung meminta petunjuk kepada atasannya tentang cara memecahkan persoalan
tugasnya.
9.
Rasionalitas dan objektivitas.
Pemimpin harus rasional dan objektiv tidak boleh emosional sehingga keputusan
yang akan diambil selalu tepat.
10.
Pragmatis. Pemimpin selalu
menghendaki agar keputusannya bisa dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang ada.
11.
Sense of Urgency. Seorang pemimpin
harus mampu mengatur prioritas, mana yang penting dan tidak penting.
12.
Sense of Cohesiveness. Merasa satu
dengan yang dipimpin, kolega, dan atasan. Sangat penting untuk pengembangan
kerjasama, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
13.
Sense of Relevance. Pemimpin perlu
selalu mengkaitkan keputusan dengan tujuan yang hendak dicapai atau persoalan
yang akan dipecahkan.
14.
Kecerdasan. Syarat mutlak seorang
pemimpin agar bisa diteladani adalah adanya nuansa kewajaran dan kesederhanaan
dalam perilaku kesehariannya.
15.
Keberanian. Keberanian adalah
modal bagi pemimpin dalam menghadapi segala tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadnya.
16.
Adaptebilitas dan fleksibilitas.
Pemimpin tersebut harus menghindarkan diri dari sifat kekakuan karena akan
mengganggu kinerja kepemimpinannya.
17.
Kemampuan mendengar. Pemimpin
harus siap mendengar saran atau pendapat orang lain.
18.
Ketegasan. Pemimpin tersebut mesti
tegas dalam menghadapi bawahan serta ketidaktentuan demi stabilitas organisasi.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip, karakteristik seorang pemimpin
menurut Stephen R. Coney adalah :
1.
Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak
hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar
melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang
baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2.
Berorientasi pada pelayanan
Seorang
pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip
melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan,
pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3.
Membawa energi yang positif
Setiap
orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan
pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu
dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
2.3
Sifat-sifat Kepemimpinan 9-C
1. Consciousness
Kesadaran
akan perlunya memiliki pengetahuan, spesialisasi, fakta, teori yang handal
untuk menjalankan tugasnya.
2. Coherence
Mampu
menghubungkan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan bagi pelaksanaan
tugasnya.
3. Constancy
Mempunyai
kemantapan pendirian, sikap, dan kemampuan.
4. Conviction
Mempunyai
keyakinan, tekad, dan prinsip-prinsip yang tangguh.
5. Creativeness
Mempunyai
banyak ide, kreasi, dan daya cipta yang tinggi.
6. Consclentiousness
Mempunyai
kecermatan dalam segala hal, terutama dalam perumusan dan pelaksanaan rencana.
7. Courage
Mempunyai
kekuatan dan keberanian moral untuk bertindak, mengambil resiko, dan tidak
tenggelam dalam perasaan.
8. Captivation
Mempunyai
kepribadian yang menarik, kharisma dan daya serta gaya pikat yang tinggi.
9. Cleverness
Mempunyai kepandaian
dan keterampilan yang tinggi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Teori
Kepemimpinan
Bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari
sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi,
kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
Dalam hal kepemimpinan ini terdapat teori-teori yang mendukungnya,
diantaranya adalah :
a.
Teori Sifat atau Ciri Kepribadian
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin. Teori ini melihat apakah seseorang itu
mempunyai jiwa kepemimpinan atau tidak dengan karakteristik :
§ Membedakan seorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin
§ Percaya diri
§ Berwawasan luas dalam berbagai situasi
§ Mempunyai hasrat untuk memimpin
§ Jujur
§ Berintegrasi
Kelemahan
teori ini :
§ Dalam situasi yang berbeda, maka pemimpin tersebut harus mengubah
kepribadianya atau dalam artian ia harus dapat menyesuikan prilaku dan
sikapnya.
§ Seorang yang percaya diri tidak selalu dapat dikatakan pemimpin.
§ Seorang yang ambisius belum dapat dikatakan seorang pemimpin yang
efektif.
§ Teori ini hanya menjelaskan ciri-ciri saja.
b.
Teori Prilaku
Teori ini berdasarkan bagaimana prilaku yang biasa dipakai seorang
pemimpin selain itu teori ini juga berpendapat bahwa seorang pemimpin dapat
melatih orang yang tepat. Terdapat beberapa penelitian terhadap hal ini :
1.
Studi Universitas Negeri Ohio
Penelitian ini diprakarsai oleh Fleishman dan teman-temannya dengan
tujuan meneliti tentang perilaku pemimpin dan menentukan pengaruh dari
kepemimpinan terhadap prestasi kerja dan kepuasan kelompok dengan
mengidentifikasi 2 faktor, yaitu :
§ Pemrakarsa Struktur
Berkaitan
dengan sejauh mana pemimpin mengorganisir dan menentukan tugas, menetapkan cara
menyelesaikannya, membentuk jaringan komunikasi dan menilai orestasi kelompok.
§ Pertimbangan
Pertimbangan
perilaku pemimpin yang meliputi kepercayaan, saling menghargai, persahabatan,
dukungan, dan memperhatikan kesejahteraan karyawan.
2.
Studi Universitas Michigan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui gaya
perilaku pemimpin terhadap prestasi dan kepuasan kerja kelompok. Terdapat 2
gaya kepemimpinan yang dikenali dalam penelitian ini yaitu :
§ Gaya kepemimpinan pemusatan tugas
Menekankan
pada penggunaan, supervisi kekuasaan legitimasi dan paksaan, menempati jadwal
waktu, dan penilaian prestasi kerja yang ketat.
§ Gaya kepemimpinan pemusatan karyawan
Menekankan
pada delegasi wewenang dan taggung jawab serta memperhatikan kesejahteraan
karyawan.
3.
Gradi Manajemen atau Kisi-kisi
Manajerial
Gradi manajemen dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Gradi
manajemen merefleksikan gaya kepemimpinan individual dan tim/organisasi serta 2
dimensi orientasi yaitu orientasi produksi dan karyawan. Penelitian ini
menekankan pada manajer akan pentingnya orientasi yang tinggi pada kedua
orientasi tersebut dan menjabarkan delapan puluh satu gaya kepemimpinan yang
berbeda dalam karyawan dan produksi.
Terdapat
dua elemen untuk membedakan pemimpin :
§ Pemimpin orientasi karyawan, bertumpu pada aspek kebutuhan serta
pembedaan individu, pemimpin seperti ini akan membangun hubungan baik dengan
organisasi.
§ Pemimpin orientasi produksi, bertumpu pada aspek teknis, dalam artian
jika seorang pimpinan telah memberikan tugas, maka tidak ada dispensasi jika
tidak dapat melaksanakan tugas.
4.
Skandinavia
Berpendapat
bahwa dunia membutuhkan dimensi baru dalam kehidupan. Pemimpin yang
berorientasi pada pengembangan ide-ide baru, inovasi dan implementasi
perubahan.
Kelemahan
teori ini :
§ Faktor pribadi seseorang pemimpin dapat mempengaruhi keberhasilan
seorang pemimpin.
§ Teori ini berhasil mengidentifikasikan hubungan yang konstan antara
pola prilaku kepemimpinan dan kinerja kelompok, namun tidak mampu menjelaskan
faktor-faktor situasi yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin.
c.
Teori Situasional
Terdapat
beberapa model dari teori ini, yaitu :
1.
Model Fielder
Ide dasarnya adalah mencocokkan gaya kepemimpinan dengan situasi yang
paling menguntungkan untuk kepentingannya.
a.
Gaya kepemimpinan :
§ Seorang pemimpin yang berorientasi pada hubungan memerhatikan
orang-orang, seperti dalam gaya pertimbangan.
§ Seorang pemimpin yang berorientasi pada tugas sangat termotivasi oleh
penyelesaian tugas.
b.
Situasi
§ Kualitas hubungan pemimpin – anggota merujuk pada suasana kelompok dan
sikap anggota terhadap pimpinanya dan penerimaan pimpinan. Apabila para bawahan
mempercayai, menghormati, memiliki keyakinan terhadap pimpinan hubungan pemimpinm-
anggota dianggap baik.
§ Struktur tugas merujuk pada sejauh mana tugas-tugas yang dikerjakan
oleh kelompok didefenisikan, melibatkan prosedur tertentu, dan memiliki tujuan
yang jelas dan eksplisit.
§ Kekuasaan Posisi yaitu sejauh mana pemimpin memiliki kekuasaan atas
bawahannya. Kekuasaan posisi tinggi pada saat pemimpin memiliki kekuasaan untuk
merencanakan dan mengatur pekerjaan bagi bawahan, mengevaluasinya, dan
memberikan penghargaan atau hukuman untuk mereka.
2.
Hershey dan Blanchart
Seorang pemimpin dapat menggunakan satu dari empat dari gaya
kepemimpinan, berdasarkan pada kombinasi perilaku hubungan dan tugas :
§ Gaya memerintah (telling style) mencerminkan perhatiaan yang besar
terhadap produksi dan perhatiaan kecil terhadap orang-orang.
§ Gaya menjual (selling style) didasarkan pada perhatiaan besar pada
orang-orang dan produksi.
§ Gaya partisipasi (participating style) didasarkan pada kombinasi
perhatiaan besar terhadap orang-orang dan perhatiaan kecil terhadap produksi.
§ Gaya mendelegasikan (delegating style) mencerminkan perhatian sedikit
terhadap orang-orang dan produksi.
Berdasarkan gaya kepemimpinan diatas, maka dapat dikategorikan jenis
pengikut dan cara mengatasinya :
§ Tingkat kesiapan rendah. Karyawan tidak mampu dan tidak ingin melakukan
tugas, maka seorang pemimpin perlu memberikan alasan khusus. Gaya memerintah
cocok dipakai ketika seorang atau lebih bawahan menampilkan tingkat kesiapan
rendah, pemimpin harus tegas dalam memberi tahu apa yang sebenarnya harus
dilakukan oleh bawahan.
§ Tingkat kesiapan sedang. Karayawan tidak mampu namun ingin melaksanakan
tugas, maka seorang pemimpin perlu memaparkan orientasi tugas-tugas yang
tinggi. Gaya menjual sangat cocok dipakai. Gaya menjual tidak hanya melibatkan
pemberian perintah, tetapi juga pencarian masukkan dari orang lain dan
pengklarifikasian tugas-tugas daripada sekadar pemberian intruksi bahwa
tugas-tugas harus dikerjakan.
§ Tingkat kesiapan tinggi. Karyawan yang mampu namun tidak ingin, maka
seorang pemimpin perlu mendukung dan memotivasi karyawan. Gaya yang cocok
dipakai adalah partisipasi. Gaya partisipasi memungkinkan pemimpin untuk
membimbing perkembangan para bawahan dan bertindak sebai pemberi nasihat dan
bantuan.
§ Tingkat kesiapan sangat tinggi. Karyawan yang mampu dan ingin, maka
pemimpin tidak perlu brbuat banyak. Gaya mendelegasikan bisa digunakan dengan
sangat efektif. Karena baawahan mempunyai tingkat kesiapan yang sangat tinggi,
pemimpin bisa mendelegasikan tanggung jawab untuk membuat keputusan serta
implementasinya pada bawahan untuk menyelesaikan tugas. Pemimpin memberikan
tujuan umum dan kekuasaan yang cukup untuk mengerjakan tugas yang dirasa sesuai
oleh bawahan.
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada
dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri,
bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.
Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan
proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k), pimpinan (p), bawahan (b), situasi
tertentu (s) dan gaya kepemimpinan (f) dapat dinotasikan sebagai :
k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan
dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap
pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis,
manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok
orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap
saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna
mencapai tujuan.
Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang
kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu
mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada
beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat
sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga
unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan
situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan
menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
3.
Leader Member Exchange (LMX)
Theory
Pengganti (substitute) variabel situasional yang membuat gaya kepemimpinan
menjadi tidak ada gunanya atau berlebihan. Sedangkan penetral (neutralizer)
variabel situasional yang meniadakan gaya kepemimpinan dan mencegah pemimpin
menampilkan prilaku-prilaku tertentu. Para pemimpin menciptakan kelompok dalam
dan kelompok luar. Pada kelompok dalam terdapat karyawan yang memiliki kinerja,
memiliki tingkat pengunduran diri yang rendah dan tingkat kepuasan yang tinggi.
4.
Path-Goal Theory
Teori ini menyatakan bahwa tugas seorang pemimpin itu adalah memotivasi
dan mendampingi karyawan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
organisasi, pemimpin juga harus mengarahkan karyawan atau bawahanya. Pemimpin
meningkatkan motivasi mereka dengan mengklarifikasikan alur para bawahan untuk
mendapatkan penghargaan yang ada atau meningkatkan penghargaan yang dianggap
penting dan diinginkan oleh para baawahan. Dua kontingensi situasional yang
penting dalam teori alur tujan adalah :
a.
Karakteristik-karakteristik
pribadi para bawahan meliputi faktor-faktor seperti kemampuan , kebutuhan, dan
motivasi. Apabila para bawahan bersifat egosentris pemimpin harus menggunakan
penghargaan-penghargaan untuk memotivasi mereka.
b.
Kontingensi lingkungan kerja
melibatkan tingkat struktur tugas , sifat sistem otoritas formal dan kelompok
kerja itu sendiri.
3.2 Gaya
Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh
bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat diterangkan melalui tiga
aliran teori berikut ini :
1.
Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made”
(pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori
ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai
takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis.
2.
Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi,
maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial
ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau
dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman
yang cukup.
3.
Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas
tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori
tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini
pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang
baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan
untuk dikembangkan lebih lanjut.
Teori ini menggabungkan segi-segi
positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori
yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih
mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor
yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
3.3
Tipologi
Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang
beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut :
1.
Tipe Otokritas.
Seorang pemimpin yang otokritas ialah pemimpin yang memiliki kriteria
atau ciri sebagai berikut :
§ Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
§ Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
§ Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik,
saran dan pendapat.
§ Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
§ Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.
Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat
berikut :
§ Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan.
§ Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya.
§ Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan.
§ Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima
kritikan dari bawahannya.
§ Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.
Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis
ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
§ Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
§ Bersikap terlalu melindungi (overly protective).
§ Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan.
§ Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif.
§ Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya.
§ Sering bersikap maha tahu.
4.
Tipe Karismatik dan Visioner
Karismatik dideskripsikan sebagai api yang membakar energi dan komitmen
para pengikut, mengeluarkan hasil-hasil diatas dan diluar kewajiban. Pemimpin
kharismatik memiliki kemampuan menginspirasi dan memotivasi orang-orang untuk
melakukan lenih dari yang biasa mereka l;akukan tanpa terpengaruh oleh
rintangan-rintangan dan pengorbanan pribadi.
Para pengikut lebih mementingkan kepentingan departemen atau organisasi
diatas kepentingan pribadi . Pengaruh para pemimpin kharismatik biasanya
berasal dari:
§ Menyatakan visi yang tinggi akan masa depan khayalan yang diidentifikasikan
oleh para karyawan.
§ Membentuk sistem nilai korporasi yang disetujui semua orang.
§ Memercayai para bawahan dan mendapatkan kepercayaan penuh dari mereka
sebagai balasan.
Pemimpin-pemimpin kharismatik seringkali terampil dalam seni
kepemimpinan Visioner. Pemimpin-pemimpin visioner bicara dari hati ke hati pada
bawahannya. Visi adalah masa depan yang atraktif dan ideal yang dapat dipercaya
tetapi belum tercapai.
5.
Tipe Transformasional
Pemimpin-pemimpin transformasional mirip dengan pemimpin kharismatik,
tetapi dibedakan oleh kemampuan khusus mereka untuk mendatangkan inovasi dan
perubahan dengan menghargai kebutuhan dan perhatian para pengikut, membantu
mereka melihat masalah-masalh lama dalam cara-cara baru dan mendorong mereka
untuk mempertanyakan status quo.
Pemimpin-pemimpin transformasional menciptakan perubahanyang significan
dalam diri pengikut dan dalam tubuh organisasi .mereka memiliki kemampuan untuk
memimpin perubahan dalm misi, strategi, struktur, dan kultur perusahaan juga
dalam memajukan inovasi produk dan teknologi. Mereka fokus pada kualitas yang
tidak nyata seperti visi, nilai-nilai yang sama, dan ide-ide untuk membangun
hubungan-hubungan, memberi arti yang lebih besar pada bermacam-macam aktivitas
dan mencari landasan yang sama untuk melibatkan para pengikut dalam proses
perubahan.
6.
Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi
karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
§ Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
§ Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya.
§ Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
§ Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan.
§ Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk
berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
§ Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
§ Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis
bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang
paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang
pemimpin yang demokratis.
3.4
Tugas
dan Peran Pemimpin
Tugas Pemimpin
Tugas utama
seorang pemimpin menurut James A.F Stonen meliputi :
§ Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar
organisasi.
§ Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas)
Pemimpin
bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi,
untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan
stafnya tanpa kegagalan.
§ Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat
mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
§ Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang
pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan
pekerjaan lain.
§ Manajer adalah seorang mediator
Konflik
selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah).
§ Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang
pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat,
seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
§ Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang
pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Peran Pemimpin
§ Peran hubungan antar perorangan
Dalam
kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih,
direktur, mentor konsultasi.
§ Fungsi Peran informal
Sebagai
monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
§ Peran Pembuat keputusan
Berfungsi
sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
3.5
Perilaku
Pemimpin
Perilaku seorang pemimpin dapat digolongkan
menjadi beberapa model, antara lain meliputi :
1.
Kepemimpinan Suportif
Melibatkan perilaku pemimpin yg menunjukkan perhatian terhadap
kasejahteraan dan kebutuhan pribadi para bawahan. Perilaku kepemimpinan tersebut
terbuka, bersahabat, dan ramah.
2.
Kepemimpinan direktif
Muncul ketika pemimpin memberi tahu para bawahan apa yang harus mereka
kerjakan. Perilaku pemimpin meliputi perncanaan, pembuatan jadwal, panentuan
tujuan kerja dan standar-standar perilaku serta penekanan ketaatan pada
peraturan-peraturan.
3.
Kepemimpinan partisipatif
Berarti pemimpin berkonsultasi dengan para bawahannya tentang
keputusan-keputusan. Perilaku pemimpin terdiri atas menanyakan opini dan saran,
mendorong partisipasi dalam pembuatan keputusan, dan menemui para bawahan di
lingkungan kerja.
4.
Kepemimpinan yang berorientasi
pada pencapaian
Muncul ketika pemimpin menentukan tujuan yang jelas dan menantang bagi
para bawahan. Perilaku pemimpin menekankan kinerja kualitas tinggi dan
peningkatan kinerja saat ini.
3.6
Pendekatan
Perilaku pemimpin
Pendekatan
perilaku utama seorang pemimpin terbagi dua yaitu :
a.
Pertimbangan, yaitu tipe perilaku
yang mendeskripsikan sejauh mana pemimpin sensitif thd para bawahan,menghormati
ide-ide dan perasaan mereka,serta membangun kepercayaan mutual.
b.
Struktur awal, yaitu tipe perilaku
pemimpin yg mendeskripsikan sejauh mana pemimpin berorientasi pd
tugas&mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja bawahan untuk mencapai tujuan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Menurut Miftha Thoha dalam bukunya
Prilaku Organisasi (1983: 255), Pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Seorang pemimpin ataupun eksekutif seyogianya memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar meliputi :
1.
Teknis
2.
Menguasai humor skills
3.
Keterampilan konseptual
4.
Komunikatif
Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivias dalam rangka mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerjasama mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan
bersama. (Susilo Martoyo, 1990).
Dalam organisasi atau perusahaan yang besar, kepemimpinan terbagi dalam
3 strata utama yiatu :
1.
Top Management
2.
Middle Management
3.
Operating Management
Menurut Stephen R. Coney, seorang pemimpin memiliki ciri-ciri antara
lain sebagai berikut :
1.
Seorang yang belajar seumur hidup
2.
Berorientasi pada pelayanan
3.
Membawa energi yang positif
Dalam hal kepemimpinan ini terdapat teori-teori yang mendukungnya,
diantaranya adalah :
1.
Teori sifat
2.
Teori perilaku
3.
Teori situasional
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat diterangkan melalui tiga
aliran teori berikut ini :
1.
Teori genetis (keturunan)
2.
Teori sosial
3.
Teori ekologis
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang
beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut :
1.
Tipe otokritas
2.
Tipe militeristis
3.
Tipe paternalistis
4.
Tipe karismatik dan visioner
5.
Tipe transformasional
6.
Tipe demokratis
Perilaku seorang pemimpin dapat digolongkan menjadi beberapa model,
antara lain meliputi :
1.
Kepemimpinan suportif
2.
Kepemimpinan direktif
3.
Kepemimpinan partisipatif
4.
Kepemimpinan yang berorientasi
pada pencapaian
4.2
Saran
1. Agar
pemimpin dapat mengetahui tipe-tipe seorang pemimpin dan dapat menjadi pemimpin
yang ideal bagi dirinya maupun bawahannya.
2. Agar
pemimpin tidak bertindak semaunya sendiri dan bisa menghargai bawahannya.
3. Agar
bawahan juga mengetahui tipe pemimpinnya sehingga ada rasa saling memahami
antara bawahan dan atasan.
4. Agar
pemimpin dapat melaksanakan tugas dan perannya dengan baik sehingga tujuan organisasi
dapat terlaksana dengan baik sebab keberhasilan tujuan tergantung dari seorang
pemimpinnya
DAFTAR PUSTAKA
Ardana,
I Komang. 2012. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Gitosudarmo,
Indriyo. 1997. Perilaku Keorganisasian,
Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Handoko T.
Hani. 1984. Manajemen, Edisi Kedua.
Yogyakarta : BPFE.
James
K, Van Fleet. 1973. Manajemen
Kepemimpinan. Jakarta : Mitra.
L, Daft Richard. 2006. Management,
Edisi Ke-enam. Jakarta : Salemba Empat.
Mujiati, Ni
Wayan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mujiono,
Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta : UII Press.
Sudita, I
Nyoman. 1997. Perilaku Keorganisasian,
Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Utama,
I wayan Mudiartha. 2012. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
W, Brown Steven. 1998. Manajemen
Kepemimpinan. Jakarta : Profesional Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar